Insentif Akan Disetop, Masyarakat China 'Panik' Buru-buru Beli Mobil Listrik

Insentif Akan Disetop, Masyarakat China 'Panik' Buru-buru Beli Mobil Listrik

Hafizh Gemilang - detikOto
Senin, 10 Nov 2025 09:01 WIB
Inovasi Chery di Shanghai Auto Show 2025
Ilustrasi pameran otomotif di China Foto: Luthfi Anshori/detikcom
Jakarta -

China sedang menghadapi gelombang pembelian mobil listrik terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Penyebabnya bukan peluncuran model baru, melainkan kabar bahwa insentif pajak penuh untuk kendaraan listrik akan dihentikan mulai 2026.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mulai 1 Januari 2026, pembebasan pajak penuh untuk kendaraan energi baru (NEV) akan berakhir.

Sebagai gantinya, per tahun depan, pemerintah China hanya memberikan insentif pajak pembelian NEV sebesar 50 persen.

ADVERTISEMENT

Dilansir dari Car News China, masuknya masa tenggang insentif pajak penuh ini memicu lonjakan penjualan besar-besaran di dealer mobil listrik.

Sejumlah showroom di China melaporkan peningkatan pesanan hingga 60 persen dibanding bulan biasanya. Situasi ini menciptakan salah satu sales rush terbesar sepanjang tahun, menurut laporan Sina Finance.

Perlu diketahui bahwa saat ini, mobil listrik di China masih menikmati pembebasan pajak pembelian hingga 30.000 yuan atau sekitar Rp 67 juta.

Namun setelah aturan baru berlaku, angka tersebut akan dipangkas menjadi maksimal 15.000 yuan atau sekitar Rp 33 juta.

Langkah ini menandai transisi penting dalam strategi industri otomotif China. Pemerintah ingin mendorong pasar yang lebih berorientasi pada nilai dan inovasi, bukan sekadar perang harga.

Asosiasi Dealer Mobil China mendukung langkah ini. Menurut mereka, kebijakan baru ini punya tujuan agar produsen fokus pada kualitas, bukan lagi pada subsidi.

Untuk mencegah kepanikan konsumen, beberapa merek sudah meluncurkan program "jaminan selisih pajak".

Artinya, pembeli yang memesan mobil listrik sebelum akhir November tapi menerima unit di 2026 tetap akan mendapat kompensasi pajak penuh.

Selain itu, aturan kelayakan untuk insentif juga diperketat. Mobil plug-in hybrid dan range extender kini wajib memiliki jarak tempuh listrik murni minimal 100 kilometer.

Langkah ini disebut untuk menyaring model berteknologi rendah yang hanya mengejar insentif.




(mhg/rgr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads