Mau Jadi Raja Baterai EV Dunia, Indonesia Gaet Australia buat Pasok Lithium

Mau Jadi Raja Baterai EV Dunia, Indonesia Gaet Australia buat Pasok Lithium

Ridwan Arifin - detikOto
Rabu, 05 Jul 2023 16:37 WIB
Hari ini pabrik baterai kendaraan listrik milik PT HKML Battery Indonesia di Karawang, Jawa Barat mulai dibangun. Pabrik ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,1 miliar atau setara Rp 15,62 triliun (kurs Rp 14.200).
Dimulainya pembangunan (groundbreaking) pabrik baterai kendaraan listrik ini diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Karawang.
Produksi baterai di Indonesia Foto: Istimewa/Kemenko Perekonomian
Jakarta -

Indonesia ingin memperluas industri baterai untuk sumber energi kendaraan listrik. Demi mencapai target 'raja baterai' kendaraan listrik terbesar di dunia, Indonesia menggaet Australia untuk mendapatkan bahan lithium.

Sebagai bagian dari rangkaian acara dan kegiatan kunjungan Presiden Indonesia ke Australia untuk pertemuan tahunan dengan Perdana Menteri Australia, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyaksikan penandatanganan Rencana Aksi untuk implementasi Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Negara Bagian Western Australia dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) pada hari Selasa (4/07) Juli 2023 di Sydney, Australia.

Rencana Aksi tersebut berkaitan dengan kerja sama critical minerals untuk periode 2023-2025. Kolaborasi tersebut didukung dalam semangat economic powerhouse yang diusung Indonesia-Australia Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) tepat pada saat tiga tahun implementasinya sejak berlaku tanggal 5 Juli 2023.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerja sama yang menjadi fokus dalam Rencana Aksi ini mencakup pilar Rantai Pasok, Environmental, Social and Governance (ESG), dan Pengembangan Tenaga Kerja Terampil. Kerja sama tersebut membidik pencapaian industri baterai dan mineral penting yang memberi nilai tambah, tangguh, dan berkelanjutan di kedua negara.

"Kemitraan antara Indonesia dan Western Australia dapat membuka peluang besar di sektor mineral penting (critical minerals), mengingat Australia Barat memiliki cadangan mineral yang melimpah untuk menghasilkan baterai electric vehicle (EV). Australia akan menjadi pemasok lithium dan Indonesia akan menjadi pemasok nikel, di mana keduanya merupakan komponen utama dalam produksi (baterai) EV," ujar Dubes RI Canberra Siswo Pramono seperti disitat dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.

ADVERTISEMENT

Kedua negara dapat berkontribusi lebih besar pada 'global value chains' untuk memasok kebutuhan baterai dan mineral penting global. Indonesia diproyeksikan menjadi manufacturing powerhouse (pusat pengolahan) dengan potensi cadangan nikel dan tenaga kerja Indonesia yang berlimpah, dengan kemudahan akses berbagai bahan baku seperti litium dan didukung oleh standar dan keahlian dari Australia.

"Penandatanganan Rencana Aksi ini merupakan hal yang penting untuk menangkap peluang dan mempertemukan pihak yang terlibat dalam sektor critical minerals, dengan pihak yang mendukung pembiayaan guna mewujudkan kerja sama yang lebih konkret," tegas Menko Airlangga.

Peluncuran Rencana Aksi direncanakan akan dilakukan pada bulan September 2023 di Jakarta dalam kegiatan Dialog Tingkat Tinggi Tahunan, di mana Perth akan menjadi penyelenggara pada pertemuan tahun berikutnya.

Presiden Jokowi pernah mengatakan baterai electric vehicles (EV) bisa menjadi kekuatan besar Indonesia. Produsen otomotif global akan mengincar baterai buatan Indonesia karena Indonesia punya material untuk produksi baterai. Hanya, Indonesia tidak memiliki lithium, dan itu bisa dibeli dari Australia.

Beberapa waktu yang lalu, Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID, Dany Amrul Ichdan mengungkapkan bahan impor dalam membuat baterai saat ini mencapai 20 persen. Dany menjelaskan bahan baku utama yang dimiliki Indonesia ialah nikel. Dia merinci 80 persen bahan baku nikel dimiliki oleh PT Aneka Tambang Tbk. Sementara bahan-bahan untuk pembuatan baterai lain, seperti Lithium Hdroxyde yang kebutuhannya mencapai 70 ribu ton per tahun masih didatangkan dari China, Chile, dan Australia.

Lebih lanjut bahan baku pembuatan baterai lain yang masih diimpor ialah grafit, mangan sulfat, dan kobalt sulfat. Total dari keseluruhan bahan baku baterai yang masih impor sebesar 20 persen.




(riar/rgr)

Hide Ads