Solo Touring via Pantura: Sepi Bak Radiator Springs?

Solo Touring via Pantura: Sepi Bak Radiator Springs?

Ridwan Arifin - detikOto
Minggu, 11 Feb 2024 18:05 WIB
Jalan Pantura
Jalan Pantura, Cimohong Foto: Ridwan Arifin
Jakarta -

Jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa masih jadi alternatif bagi pengguna sepeda motor yang hendak touring ke arah Timur, di sini pemotor melewati daerah-daerah di utara Pulau Jawa. Tim detikcom menjajal jalur Pantura dari Depok ke Dieng menggunakan motor sebelum masa liburan. Bagaimana suasananya?

Pantura punya kenangan besar bagi para perantau, terutama saat musim mudik lebaran tiba. Lebih dari satu dekade yang lalu, banyak rumah-rumah makan yang menghidupkan ekonomi daerah sekitar.

Kilas balik memori ketika melintas di jalur yang sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda. Ada suasana khas ketika melintas di jalur ini. Hembusan angin pantai, aroma laut hingga warung rest area jadi pemandangan yang tidak bisa lupa begitu saja. Pemotor, pemobil, hingga kendaraan angkutan barang tumpah ruah menjadi satu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim detikcom coba menelusuri lagi Jalur Pantura dari Depok hingga Pekalongan, perjalanan kemudian berlanjut lewat Kajen untuk tiba ke Dieng. Perjalanan dimulai dari 31 Januari 2023. Ada pemandangan yang berbeda, apalagi perjalanan bukan musim lebaran.

Berdasarkan pengalaman kami. Jalan Pantura terasa sepi, pemotor pun lebih sering berbagi jalan dengan angkutan barang seperti truk.

ADVERTISEMENT

Masuk kawasan Cikampek, kebetulan masih menunjukkan pukul 09.00 WIB. Suasana lalu lintas terbilang normal, masih banyak pengguna motor, mobil pribadi, bus, dan angkutan barang.

Di kawasan ini tim detikcom juga menemui jejeran warung kecil. Kebetulan saat itu perjalanan dilakukan di pagi hari jadi tak terlihat ada hiruk pikuk di kawasan tersebut. Warung-warung itu nampak masih tutup.

Barulah sekitar Camiang dan Patokbeusi ini juga tim detikcom pertama kali menemukan adanya restoran yang tutup. Bahkan, saat ini bangunan bekas restoran itu ditinggalkan begitu saja dan tidak terawat.

Perjalanan pin berlanjut, saat masuk ke Indramayu, dulu ada RM Pringsewu di Eretan Kulon tapi kini sudah tutup permanen. Papan pengumuman dulu sudah jauh-jauh dipasang sebelum di tempat restoran, bahkan terdapat poster "air kami bebas bakteri'.

Masih di sepanjang jalan tersebut, masih terpampang RM Pesona Laut hingga RM Abah Pantura. Tapi di jejeran Eretan Kulon, dulu juga hadir RM Laut Indah. Kini hanya tersisa bekas bangunan restoran saja.

Jalan PanturaRM Laut Indah Foto: Ridwan Arifin

Oiya ada pemandangan menarik juga. Siapapun bakal ingat ketika melewati jembatan Sewo, Indramayu, Jawa Barat. Ada warga yang menyiapkan sapu untuk menyapu koin-koin yang dilempar oleh pengendara yang melintas. Tak pikir cuma musim mudik saja.

Perjalanan berlanjut ke arah Cirebon, Brebes, dan Tegal. Terpantau sangat jarang kendaraan mobil pribadi pelat dari Jawa Tengah melintas di sini. Pengendara motor lebih sering berbagi jalan dengan truk dan angkutan barang.

Jalan PanturaJalan Pantura di Cimohong Foto: Ridwan Arifin

Sesampainya di daerah Tegal, kami memutuskan beristirahat di Masjid Miftakhul Huda, Kedungkelor, Warureja, Kab. Tegal. Kebetulan di dalam masjid saat itu hanya ada beberapa orang yang beristirahat, dan tersedia warung makan sederhana, kami menghampiri, suasananya begitu sepi.

Mayoritas yang melintas di Jalur Pantura dari Kendal hingga Weleri kebanyakan adalah kendaraan besar. Belakangan juga muncul isu bahwa para supir truk lebih memilih Pantura lantaran Tarif Tol Trans Jawa terlampau mahal.

Tempat beristirahat sampai rumah makan pinggir jalan terlihat sepi. Tak jarang malah kebanyakan kendaraan truk yang berjejer parkir di pinggir jalan.

Mungkinkah popularitas Pantura sirna layaknya Radiator Springs seperti di film animasi Cars? Digadang-gadang ketenaran itu Pantura lantaran kalah pamor dari Tol Trans Jawa, jalan tol yang menghubungkan Jakarta hingga Surabaya.




(riar/lua)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads