Menanggapi kebiasaan yang sudah turun temurun terus diwariskan di jalan ini Pengamat Otomotif, Yannes Martinus Pasaribu meramukan ada 3 faktor penyebabnya. Pertama adalah kebiasaan mencari jalan pintas tanpa menyesuaikan konteksnya seperti mencari jalan pintas di jalan yang mana tidak tepat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebiasaan mencari jalan pintas itu pun semakin didukung dengan motivasi mengurangi waktu tempuh perjalanan. Tak jarang pula dari sana muncul pemikiran bahwa aturan adalah penghambat mereka hingga akhirnya melakukan pembenaran diri atas tindakannya.
"Mereka hanya mencoba menghemat waktu dengan tidak mematuhi manajemen lalu lintas untuk mencapai tujuan yang menurut logika mereka lebih ringkas dan efisien. Sekelompok orang cenderung melanggar aturan yang mereka rasa tidak perlu. Mereka sebenarnya sedang melakukan perlawanan terhadap aturan mungkin menurut mereka tidak logis dan bahkan mempersulit mereka," lanjut Yannes.
Alasan terakhir pelanggaran lalu lintas adalah datang dari kepribadian seseorang. Jadi keputusan melanggar itu dilakukan bukan dalam situasi dan kondisi tertentu saja. Orang seperti ini seringkali menjadi inisiator dalam pelanggaran yang pada akhirnya diikuti oleh pengguna jalan lain. Padahal para pengikut tadinya tidak punya kemauan besar melanggar sebelum ada orang yang menginisiasi.
"Dalam beberapa kasus, kejadian tersebut bisa jadi dimulai oleh seseorang yang bertipe 'alpha' yang mendapatkan sedikit kesempatan untuk mengekspresikan 'kehebatan' mereka. Lalu, pengendara lainnya segera saja memosisikan diri sebagai follower. Bahkan mereka bekerjasama dalam melakukan pelanggaran tersebut. Aturan lalu lintas, prosedur berkendara dan hambatan-hambatan yang dipasang pada jalan cenderung menempatkan tipe orang tersebut dalam situasi yang mereka rasa sangat tidak nyaman," paparnya.
Dampak buruknya dari pelanggaran ini juga dapat terjadi pada orang-orang yang sebelumnya selalu patuh terhadap aturan. Melihat pelanggaran setiap hari di jalan tanpa adanya penindakkan akan memunculkan bisikkan bahwa pelanggaran itu lumrah dilakukan.
"Hal lain yang menarik lainnya adalah jika semakin banyak kita melihat pelanggaran di aktivitas kita sehari-hari, kita lama kelamaan akan terpengaruh dan semakin yakin ada sesuatu yang juga bisa kita langgar, selama kita merasakan aman dan nyaman dengan itu," tutur Yannes.
(rip/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?