Jangan Egois, Pengemudi Mobil Harus Punya Empati saat Terobos Banjir

Jangan Egois, Pengemudi Mobil Harus Punya Empati saat Terobos Banjir

Luthfi Anshori - detikOto
Kamis, 07 Jan 2021 16:50 WIB
Pengemudi mobil menerobos banjir
Pengemudi mobil menerobos banjir. Foto: Screenshot Tiktok @ayuip04
Jakarta -

Pengemudi mobil disarankan tidak egois dan memaksa diri menerobos banjir atau genangan air. Selain berisiko mogok karena mesin kemasukan air, aksi mobil menerobos banjir juga bisa merugikan orang lain gara-gara gelombang air yang dihasilkan.

"Pada prinsipnya kalau mau mengemudi secara aman, lancar, nyaman, serta penuh keselamatan itu kita bukan sekadar membawa kendaraan. Tapi juga memikirkan aspek-aspek lain," buka instruktur sekaligus pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, kepada detikOto, Kamis (7/1/2021).

"Seperti di kasus menerobos banjir. Dia sudah tahu banjir, dia harusnya jangan gambling. Karena mobil tidak didesain untuk melewati banjir yang melebihi batas-batas kemampuannya," terang Jusri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Jusri, mobil sangat sensitif mengenai masalah elektrikal, apalagi mobil sekarang rata-rata memakai ECU atau Electronic Control Unit. Posisi ECU ini biasa ada di bawah jok atau di dalam dasbor. "ECU ini merupakan otak dari seluruh instrumen dari mesin. Jadi begitu dia kena air itu akan mati. Dan nggak sekadar mogok, biaya perbaikan sangat besar sekali," sambungnya.

Selain ECU, ada juga batas-batas di mana intake atau filter udara jika terkena air, maka ruang mesin akan masuk air dan terjadi water hammer. Dampak yang ditimbulkan, mesin bisa pecah, karena air tidak bisa dikompresi oleh mesin.

ADVERTISEMENT

"Jadi kalau dimintai pandangan soal perilaku pengemudi menerobos banjir, (menurut saya) itu adalah suatu perilaku yang tidak patut dicontoh pengguna mobil yang lain," jelas Jusri.

"Karena harus dia pikirkan juga adalah aspek lingkungan. Gelombang yang dibuat itu bisa membuat orang tidak nyaman. Dan motor-motor orang yang sedang berhenti, itu bisa kemasukan air dari gelombang yang dihasilkan pengemudi mobil tadi," tambahnya.

Lanjut Jusri menjelaskan, pengemudi mobil harus mengambil alternatif atau opsi lain, walaupun itu harus melewati rute yang memutar. Karena jika tetap memaksa berkendara di jalanan yang digenangi air, maka sama saja berkendara dengan mata tertutup. Pengemudi mobil pastinya tidak tahu, apakah di balik genangan itu terdapat lubang atau jalanan yang rusak.

"Jadi berkendara safety itu bukan all about luck, tapi strategi yang berbasis analisa. Kalau berkendara secara nekat dengan menerobos banjir, maka yang dilakukan adalah tanpa mikir, tidak pakai logika," tukasnya.




(lua/lth)

Hide Ads