Indonesia diwanti-wanti agar jangan cuma menjadi pasar otomotif, di mana hanya dibanjiri produk-produk mobil impor. Indonesia harus membangun industri otomotif dan memperkuatnya.
Seperti disampaikan Marketing Planning General Manager PT Toyota Astra-Motor (TAM), Resha Kusuma Atmaja, jika Indonesia hanya menjadi pasar otomotif, maka dalam jangka panjang bakal ada risikonya.
"Pastinya akan ada risiko untuk industri lokal. Contohnya untuk di Toyota, Toyota itu kan local production (produksi lokal di Indonesia), di sana ada pusat R n D juga, serta employment dan juga peningkatan SDM (sumber daya manusia) itu juga akan improve dengan adanya local production," bilang Resha ditemui detikOto di arena GIIAS 2025, ICE-BSD City, Tangerang, Kamis (31/7/2025).
Resha menambahkan, jika semuanya diimpor, maka akan sangat berisiko untuk bisnis industri otomotif Indonesia. "Kalau segala sesuatunya hanya impor maka akan ada risiko di bisnis industri otomotif Indonesia," jelas Resha.
Sebagai informasi, industri otomotif merupakan industri padat karya yang melibatkan sekitar 1,5 juta orang dari tier 1 sampai tier 3. Maka, produk-produk mobil yang diimpor secara utuh, tidak memiliki kontribusi terhadap industri otomotif nasional.
Toyota-Astra Motor sendiri sudah berdiri di Indonesia sejak tahun 1971 dan hingga kini sudah menanamkan investasi sekitar Rp 100 triliun selama berniaga di Indonesia. Toyota juga mempekerjakan lebih dari 350 ribu pegawai di Indonesia.
Tak hanya memproduksi mobil untuk pasar Indonesia, Toyota juga mengekspor mobil-mobil rakitan Indonesia ke 100 negara di seluruh dunia, dari kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, bahkan hingga ke negara-negara di kawasan Amerika Latin.
Sejak 1987 hingga Maret 2025, secara kumulatif Toyota Indonesia telah mengapalkan sebanyak 2,8 juta unit mobil. Toyota Indonesia menargetkan angka ekspor kumulatif mereka hingga akhir 2025 bisa menembus angka 3 juta unit.
Simak Video "Video GIIAS 2025: 'Toyota Corolla Betawi' Gaya Klasik Tapi Estetik"
(lua/dry)