Kecelakaan akibat bus dan truk mengalami rem blong. Yang baru terjadi adalah bus diduga rem blong dan menimbulkan tabrakan beruntun di Tol Cipularang.
Kecelakaan yang terjadi di Tol Cipularang Km 92 diduga akibat bus Laju Prima bernopol B-7602-XA mengalami rem blong. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Induk Patroli Jalan Raya (PJR) Ruas Tol Cipularang AKP Denny Catur.
"Kendaraan bus Laju Prima diduga mengalami rem blong sehingga menabrak kendaraan di depannya," kata Denny dalam keterangan pers yang disampaikan Jasa Marga, Senin (27/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus rem blong bukan terjadi sekali-dua kali. Menurut Jusri Pulubuhu, Praktisi Road Safety & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) ada yang salah dengan sistem di Indonesia karena kasus rem blong terus terjadi.
"Ini akan terulang-ulang. Kenapa pemerintah tidak melihat penyebab tidak langsungnya? Mereka hanya fokus ke penyebab langsungnya. Harusnya fokusnya kepada penyebab tidak langsung. Rem blong tadi ada dua penyebab, secara langsung dan tidak langsung. Penyebab tidak langsung mulai dari praperjalanan dari sistem perawatan di perusahaan angkutan, mulai dari sistem rekrutmen, lemahnya pemerintah dalam pengawasan kepada pengusaha-pengusaha terhadap aturan-aturan kelaikan. Ini yang namanya penyebab tidak langsung. Karena penyebab tidak langsung akan memicu penyebab langsung," ujar Jusri dalam perbincangan dengan detikcom.
Jusri menyoroti proses rekrutmen pengemudi kendaraan truk atau bus. Kebanyakan sopir truk dan bus adalah sopir yang naik kelas dari kernet. Namun, sopir itu hanya berangkat dari pengalaman, bukan pengetahuan.
"Contoh driver, kalau rekrutmennya salah, akan melahirkan driver-driver yang tidak berkualitas. Kalau rekrutmen benar tapi tidak ada development, training, pendidikan dan lain-lain, otomatis kualitas driver kacau juga. Belum lagi sistem perawatan (kendaraan), perusahaan berpikir komponen masih bisa dipakai meski sudah diajukan permohonan untuk diganti. Mereka tidak berpikir pasca kecelakaan cost-nya berapa kali. Karena kesadaran keselamatan masih menjadi kelemahan masyarakat Indonesia," ujarnya.
Untuk itu, Jusri menilai hal-hal yang jadi penyebab tidak langsung kecelakaan lalu lintas itu perlu dibenahi. Kalau tidak, kata dia, kecelakaan serupa bisa terus terjadi berulang kali.
"(Mengatasi) penyebab tidak langsung merupakan solusi yang paling tepat di dalam menyikapi masalah-masalah yang berulang-ulang terus. Karena ini akan ada terus kalau tidak dibenahi," ucapnya.
Sementara itu, kecelakaan akibat rem blong biasanya diakibatkan oleh pengemudinya yang tidak memahami cara berkendara aman di jalan berbukit. Hal itu menurut Jusri menjadi penyebab langsung kecelakaan lalu lintas akibat rem blong.
"Cara pengereman mereka hanya mengandalkan pengereman service brake atau rem kaki. Ketika dia menggunakan service brake saja, akibatnya konstruksi rem akan mengalami suhu panas yang berlebih. Akibatnya, kemampuan rem akan menyusut. Ketika kemampuan rem menyusut jarak pengereman kendaraan akan jauh bahkan kendaraan akan hilang kendali," ucapnya.
Belum lagi fenomena sopir truk dan bus di jalan tol yang lebih memilih menetralkan gigi demi mengirit bahan bakar. Hal itu menyebabkan kendaraan tidak memiliki engine brake dan membuat kinerja rem jadi tambah berat.
"Kita cek di Tol Cipularang di KM 90-an, rata-rata truk di sana meluncur dengan kondisi free wheel, atau gigi netral. Artinya mereka hanya melakukan pengereman dengan service brake. Otomatis remnya panas, kemungkinan penyusutan gampang sekali. Rata-rata dari 10 mungkin 8 yang dinetralkan. Alasannya untuk ekonomis. Kalau dia bisa irit solar, otomatis dia bisa mendapatkan uang sisa solar yang bisa dibawa pulang," katanya.
Kebiasaan-kebiasaan seperti itu yang seharusnya jadi perhatian. Jangan sampai karena masalah kecil itu justru bisa menimbulkan jiwa.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah