Warga Cirebon, Aryanto Misel (67), mengklaim alat buatannya, Nikuba, bisa mengubah air menjadi hidrogen untuk bahan bakar sepeda motor. Ia mengaku 1 liter air bisa digunakan menempuh perjalanan jarak Cirebon-Semarang (pulang pergi). Bagaimana komentar ahli energi Institut Teknologi Bandung?
Sekadar informasi, jarak Cirebon-Semarang kurang lebih 232 km, yang artinya kalau melakukan perjalanan bolak-balik, jaraknya menjadi 464 km. Dengan jarak sejauh itu, Aryanto mengklaim hanya butuh 1 liter air, tanpa menggunakan bantuan bahan bakar konvensional seperti bensin.
"Pernah dites di motor matic. Untuk perjalanan dari Cirebon ke Semarang, pulang pergi hanya butuh kurang dari satu liter air," jelas Aryanto seperti dikutip dari detikJabar, Kamis (12/5/2022).
Ahli Konversi Energi dari Fakultas Teknik dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB), Tri Yuswidjajanto Zaenuri, mencoba melakukan hitung-hitungan kecil untuk menganalisis klaim tersebut.
"Dari Cirebon ke Semarang, lalu ke Cirebon lagi, bisa PP dengan 1 liter air. Kalau kita hitung, dari Cirebon ke Semarang itu 230 km ya, jadi kalau PP jadinya 460 km, itu kira-kira butuh energi sekitar 460 megajoule. Nah itu kalau pakai bensin, kita hitung kira-kira setara 35 km/liter," kata pria yang akrab disapa Yus kepada detikOto, Kamis (12/5/2022).
Dengan perkiraan angka konsumsi bahan bakar segitu, maka hidrogen yang diperlukan adalah sekitar 3 kg. Menurut Yus, 3 kg hidrogen ini adalah angka yang sangat besar, karena hidrogen lebih ringan dari udara. Ini hanya untuk perjalanannya saja.
"Sementara untuk produksi supaya muncul hidrogen, itu butuh sekitar 4,6 kg. Jadi total butuh 7,6 kg hidrogen. Mungkin nggak 1 liter air menghasilkan 7,6 kg hidrogen? Secara hukum kekekalan massa nggak mungkin ya. Masa air 1 liter bisa menghasilkan 7,6 kg hidrogen. Jadi (air) nggak bisa kalau untuk menggantikan (bensin)," sambung Yus.
"Kalau untuk menghemat pun sudah banyak penelitiannya, dan nggak signifikan juga. Pak Iman Reksowardojo (dari ITB) itu pernah melakukan pengujian. Menurut beliau cuma bisa menghemat sekitar 2,4%. Tapi kalau kita melihat error-nya, kesalahan yang mungkin terjadi ketika pengukuran daya, itu lebih dari persentase itu. Artinya penghematan 2,4% itu nggak bisa dihitung sebagai penghematan karena masih masuk dalam range error itu," terang Yus.
(lua/lth)