Sebagai contoh saja, dalam membuat prototipe mesin mobil listrik dibutuhkan alat laser cutting untuk memotong besi menjadi komponen mesin. Sejauh ini alat seperti itu masih langka di pusat-pusat riset, misalnya saja di bengkel-bengkel yang ada di universitas teknik.
"Seharusnya peralatan peralatan macam laser cutting seperti ini ada di pusat pengembangan. Baik di BPPT atau bengkel-bengkel di universitas supaya satu hari bisa bikin 10-20 prototipe," ungkap Ricky Elson.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pencipta Tucuxi Dapat Dukungan |
"Tidak apa-apa seharusnya kita investasi Rp 40-50 miliar buat anak-anak," katanya.
Ricky Elson mengatakan pengembangan mobil listrik harusnya bukan cuma bicara soal sosialisasi atau pembuatan regulasi belaka. Namun, riset dan pengembangan juga harus dilakukan di dalam negeri agar Indonesia tidak hanya menjadi penikmat teknologi yang sudah jadi saja.
"Kita ini mobil listrik ini bicara siapa yang cepat bergerak bukan siapa cepat webinar sosialisasi, bikin aturan, dan akhirnya tidak memberikan kesempatan pada potensi yang besar di Indonesia," kata Ricky Elson.
![]() |
Dia bilang, kalau hanya bicara percepatan penggunaan mobil listrik tanpa dibarengi riset dan pengembangan kemungkinan industri kendaraan listrik di Indonesia baru bisa terwujud 20-30 tahun lagi. Jauh tertinggal dengan tren dunia.
"Kalau bicara percepatan, di tahun ini ada sekian ribu mobil listrik saja ini sangat jauh, dari kaca mata saya kalau begitu saja saya melihat kendaraan listrik ini akan terwujud 20-30 tahun lagi," ungkap Ricky.
Simak Video "Video: Mobil Listrik Polytron G3 dan G3+ Resmi Diluncurkan, Begini Tampangnya"
[Gambas:Video 20detik]
(hal/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Gaya Merakyat Anies Baswedan di Formula E Jakarta, Duduk di Tribun Murah