Bikin SIM Masih Nembak, Jangan Heran Kualitas Pengendara Indonesia Seperti Sekarang

Bikin SIM Masih Nembak, Jangan Heran Kualitas Pengendara Indonesia Seperti Sekarang

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Kamis, 16 Sep 2021 17:19 WIB
Di tengah pandemi COVID-19, ujian praktek pembuatan SIM di Satpas Daan Mogot, tetap dilakukan. Ujian dilakukan dengan protokol kesehatan.
Jika benar ada praktik pungli dalam penerbitan SIM, kualitas pemegang SIM dipertanyakan. Hal ini bisa menimbulkan kecelakaan hingga kerugian. Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Pegiat antikorupsi Emerson Yuntho membuat surat terbuka terkait pelayanan di Samsat dan Satpas. Emerson menyoroti perihal urusan pembuatan atau perpanjangan SIM di Satpas. Menurutnya masih ada praktik pungli dalam proses pembuatan SIM.

Emerson menyebut, ujian teori dan ujian praktik dalam proses pembuatan SIM kerap tidak masuk akal dan transparan. Akibatnya, banyak yang mengambil jalan pintas dengan menyuap petugas.

"Akibat sulitnya prosedur mendapatkan SIM, survei sederhana menunjukkan bahwa 3 dari 4 warga Indonesia (75 persen)--baik sengaja atau terpaksa--memperoleh SIM dengan cara yang tidak wajar (membayar lebih dari seharusnya, menyuap petugas, tidak mengikuti prosedur secara benar)," kata Emerson dalam surat terbuka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Praktisi keselamatan berkendara sekaligus instruktur dan founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, jika memang benar masih ada praktik pungli dalam memperoleh SIM, perlu ditindaklanjuti. Sebab, ini menyangkut kualitas pengendara dan keselamatan di jalan raya.

"Kalau memang itu faktanya (masih ada pungli dalam penerbitan SIM), kita tahu itu akan memberikan pengaruh dari kualitas keselamatan berlalu lintas di jalan raya. Sehingga kalau itu tidak dilakukan dengan benar, maka kontribusi-kontribusi atau angka kecelakaan akan cukup besar dari orang-orang yang tidak kompeten," kata Jusri kepada detikcom, Kamis (16/9/2021).

ADVERTISEMENT

Menurutnya, kalau memang benar masih ada praktik pungli dalam penerbitan SIM, mungkin itu adalah akar masalah dari perilaku tidak aman pengendara di Indonesia. Sebab, masih banyak ditemukan pengendara yang tidak tertib mulai dari tidak menggunakan sabuk pengaman untuk mobil, pemotor tidak menggunakan helm, merokok, melanggar rambu-rambu, hingga melawan arus.

"Sedikit berbeda dengan proses-proses pengambilan SIM di luar negeri yang sudah sangat ideal. Dan kita bisa lihat konsekuensi positifnya negara-negara maju selaras dengan tertibnya berlalu lintas di sana. Kenapa, karena mereka sadar bahwa peraturan itu adalah kebutuhan dari keselamatan mereka," ucap Jusri.

SIM Nembak Bikin Rugi. Lanjut halaman berikutnya.

Jusri melanjutkan, proses penerbitan SIM adalah hulu dari ketertiban dan keselamatan berlalu lintas. Proses pengambilan SIM ini berhubungan dengan angka kecelakaan lalu lintas.

"Kualitas dari proses pengambilan SIM dan proses pelaksanaan untuk mendapatkan SIM tadi akan menentukan sekali terhadap kualitas keselamatan berlalu lintas, termasuk ketertiban. Karena seorang yang mendapatkan SIM dengan benar, artinya semuanya dilakukan secara benar, maka itu akan memberikan kualitas perilaku mereka di jalan. Ini merupakan hulu dari ketertiban berlalu lintas di Indonesia," ucap Jusri.

"Tapi kalau dari awalnya hal yang menyangkut keselamatan ini prosesnya diabaikan, ya saya rasa kita akan bicara dengan ketidaktertiban berlalu lintas," sambungnya.

Jusri menegaskan, proses pengambilan SIM adalah pangkal dari kualitas perilaku pengendara di jalan raya. Proses pengambilan SIM yang benar akan menjadi faktor utama untuk menerapkan kedisiplinan dan ketertiban berlalu lintas serta menekan angka kecelakaan di jalan raya.

"Kalau (pungli dalam proses penerbitan SIM) itu fakta, ini adalah suatu permasalahan bangsa. Kenapa, kita lihat kerugian ekonomi akibat kecelakaan lalu lintas. Jadi sudah wajar ini merupakan suatu hal yang harus disikapi secara serius oleh pemerintah," tegas Jusri.

Di Jakarta saja, kerugian akibat kecelakaan lalu lintas sepanjang Januari sampai Mei 2021 tembus Rp 1.062.600.000.


Hide Ads