Perdagangan bebas komprehensif Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) dinilai bisa menguntungkan Indonesia, terutama sektor otomotif. Namun Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkap bahwa mobil dari Indonesia belum siap untuk pasar Australia.
Dalam IA-CEPA terdapat 7.000 pos tarif ekspor Indonesia mendapatkan fasilitas bebas bea masuk alias 0%. Salah satu produk yang bisa menikmati fasilitas bebas bea masuk itu adalah mobil.
Namun Lutfi mengungkap ekspor mobil ke Australia terbentur lantaran spesifikasi mobil tak sesuai standar emisi yang diterapkan Australia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang karena kita tidak siap, sebagai contoh bayangan saya pribadi, salah satu yang kita bisa dimanfaatkan daripada Indonesia-Australia CEPA itu adalah bagaimana kita bisa menggenjot bahwa orang Australia ini untuk menggunakan Toyota Innova, dan Mitsubishi Xpander kita," kata Luthfi dalam konferensi virtual, seperti dikutip detikcom, Senin (1/2/2021).
"Tetapi ternyata belum siap, karena ada beberapa hal yang penting salah satunya itu adalah mobil-mobil yang kita ekspor itu, karena memang basisnya adalah market kita, masih berstatus envorimental-nya itu tidak setinggi atau yang bisa dikerjakan di Australia, " jelasnya.
"Kalau tidak salah Euro kita masih Euro 2 atau Euro 3, sedangkan Australia sudah Euro4," sambung dia.
Indonesia saat ini telah mampu mengekspor produk otomotif ke lebih dari 80 negara dengan rata-rata 200.000 unit per tahun.
Pada Januari hingga November 2020, Indonesia telah mengekspor 206.685 unit kendaraan Completely Build Up (CBU), 46.446 unit Completely Knock Down (CKD), serta 53,6 juta buah komponen kendaraan.
Pada November 2020 lalu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengatakan, Australia adalah negara yang belum terjamah mobil buatan Indonesia. Padahal, Indonesia menempati posisi ke-13 negara pembuat mobil terbanyak di dunia, dan sudah diekspor ke lebih dari 80 negara.
"Misalnya Australia, negara besar untuk konsumsi kendaraan. 1,2 juta mobil dijual di Australia tiap tahun, tidak ada satu pun mobil datang dari Indonesia. Padahal di Australia tidak ada pabrik mobil, Jadi 1,2 juta mereka impor CBU dari luar, Indonesia sebagai penghasil mobil terbesar 13 di dunia belum mengekspor 1 pun mobil ke Australia. Oleh sebab iu kami akan datang," kata Nangoi dalam dialog publik "Pelabuhan Patimban dan Geliat Ekonomi Nasional" yang diselenggarakan bersama Kementerian Perhubungan, Jumat (20/11/2020).
Nangoi mencontohkan Toyota Fortuner yang laku keras di Australia. Sayangnya, Fortuner yang dijual di Australia bukan buatan Indonesia. Padahal, Fortuner produksi Indonesia sudah dikapalkan ke banyak negara.
"Jadi mesti dikomunikasikan engan industri bahwa kita ini sudah memiliki fasilitas terutama perjanjian perdagangan bebas tersebut," kata Lutfi.
(riar/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah