Puncak Sering Macet, Ada Wacana Diberlakukan Ganjil-Genap

Puncak Sering Macet, Ada Wacana Diberlakukan Ganjil-Genap

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Selasa, 29 Des 2020 15:19 WIB
Kendaraan mengular ke arah puncak di Jalan Raya Puncak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (28/10/2020).
Kawasan Puncak selalu macet. Foto: Rifkianto Nugroho/detikFOTO
Jakarta -

Kawasan wisata Puncak, Bogor, Jawa Barat langganan mengalami kemacetan terutama di akhir pekan atau saat libur nasional. Berbagai solusi diusulkan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang langganan terjadi saban akhir pekan tersebut.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Polana B Pramesti, mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Balitbang Perhubungan dan Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuat kajian mencari solusi mengatasi kemacetan di Puncak. Ada beberapa aspek yang dibahas, terutama aspek transportasi, tata ruang, dan finansial atau biaya.

"Ada instrumen kebijakan yang diusulkan, antara lain layanan shuttle bus, kemudian pembangunan jalan baru, penataan hambatan samping, penerapan ganjil genap dan high occupancy vehicle dengan menggunakan kendaraan-kendaraan yang memang okupansinya lebih tinggi nantinya di jangka panjang, kemudian menerapkan eskalasi (kenaikan) tarif parkir kendaraan pribadi dan perpindahan moda," jelas Polana dalam Webinar "Puncak, Mengapa Diminati Meski Macet Menanti", Selasa (29/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Intinya, solusi mengatasi kemacetan di kawasan puncak adalah diharapkan masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi bisa beralih menggunakan transportasi umum.

Soal skenario ganjil genap yang akan digunakan di jalur Puncak, kemungkinan bakal terjadi penurunan volume lalu lintas.

ADVERTISEMENT

"Berdasarkan simulasi atau analisis, volume kendaraan akan berkurang sebesar 13% apabila diimplementasikan skenario ganjil genap. Namun tentunya perlu fasilitas pendukung seperti park and ride yang bisa digunakan kendaraan-kendaraan tadi memarkirkan kendaraannya dan beralih ke angkutan umum," sebut Polana.

Berdasarkan paparan Polana, dibutuhkan jumlah kantong parkir sebanyak 556-629 ruang parkir per jam penerapan ganjil genap sebagai kompensasi jika diterapkan ganjil genap. Selain itu, dengan asumsi tingkat keterisian rata-rata mobil pribadi di jalur Puncak sebanyak 3 orang, maka diperlukan sekitar 67-76 (rata-rata 72) keberangkatan bus kapasitas 25 orang per jam penerapan ganjil genap sebagai bentuk kompensasi.

Sementara itu, pada 2021 mendatang, menurut Polana, pihaknya akan melakukan uji coba subsidi angkutan umum dengan skema subsidi buy the service (BTS). Pemerintah akan mendorong masyarakat beralih menggunakan angkutan umum dari angkutan pribadi saat berkunjung ke kawasan Puncak.

"Pemerintah menarik masyarakat menggunakan angkutan umum, menyediakan fasilitas-fasilitas agar masyarakat beralih dari moda angkutan pribadi ke angkutan umum," ujar Polana.

Halaman Berikut: Puncak Selalu Macet, Kenapa Masih Banyak Mobil Pribadi?


Saat ini, masih banyak pengguna mobil pribadi di Puncak. Meski selalu macet, kenapa mereka selalu menggunakan kendaraan pribadi?

"Kalau kita lihat dari hasil kajian dari ITB, kenapa banyak orang menggunakan kendaraan pribadi ke Puncak, karena memang dari hasil survei, yang menuju Puncak itu dari Jakarta, dari Bodetabek, kemudian dari Bandung ke arah Jakarta menuju Puncak. Sampai saat ini dipersepsikan tidak ada layanan angkutan umum dari Jakarta ke Puncak, terutama," kata Polana.

Menurutnya, ada beberapa preferensi perjalanan penumpang menuju wilayah Puncak. Pengguna kendaraan pribadi yang berwisata ke Puncak berpendapat bahwa dengan menggunakan mobil pribadi pengeluarannya lebih murah daripada menggunakan angkutan umum.

"Ada juga temuan dari hasil survei ITB di sini bahwa berdasarkan estimasi nilai waktu dan elastisitas, seandainya waktu tempuh bus lebih cepat 10 menit, penumpang bersedia membayar 7.800 rupiah lebih mahal dari tarif semula. Mereka penumpang atau masyarakat mau memberikan ongkos apabila memang ada angkutan umum yang lebih baik," jelas Polana.


Hide Ads