Jelang Libur Akhir Tahun, Masyarakat Masih Takut Naik Bus AKAP

Jelang Libur Akhir Tahun, Masyarakat Masih Takut Naik Bus AKAP

Luthfi Anshori - detikOto
Selasa, 08 Des 2020 14:34 WIB
Terminal Kota Bekasi kembali beroperasi melayani perjalanan bus antarkota antarprovinsi (AKAP). Seperti yang terlihat di Terminal Kota Bekasi, semua penumpang yang naik bus ke luar kota tersebut harus menerapkan protokol kesehatan.
Jelang liburan akhir tahun, masyarakat masih takut naik bus umum. Foto: Rengga Sancaya
Jakarta -

Pandemi COVID-19 memang masih berlangsung, namun hal itu tampaknya tidak menyurutkan minat masyarakat untuk pergi ke luar kota. Terlebih akan ada libur hari raya natal dan tahun baru yang jatuh pada 24-25 Desember 2020 dan 31 Desember 2020-1 Januari 2021. Soal moda transportasi yang digunakan untuk liburan, masyarakat sepertinya masih akan memilih mobil pribadi daripada transportasi umum seperti bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP).

Seperti diungkapkan Presiden Direktur PO SAN Putra Sejahtera, Kurnia Lesani Adnan, sejak terjadinya wabah virus Corona, sebagian besar masyarakat masih khawatir berpergian menggunakan bus umum.

"Saat ini orang shifting (pindah) dari kendaraan umum ke kendaraan pribadi atau angkutan non-umum, ini yang masih terjadi dan belum kembali (normal seperti sediakala," kata pria yang akrab disapa Sani, melalui sambungan telepon kepada detikOto, Selasa (8/12/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Sani, masyarakat masih takut menggunakan transportasi umum karena khawatir dengan kepatuhan dalam menjalankan protokol kesehatan di masa pandemi. Sementara dari sisi pemerintah, menurut Sani belum ada upaya untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat jika naik bus AKAP aman.

"Pertanyaannya, kenapa orang shifting? Karena sampai hari ini belum ada declare (pengumuman) dari pemerintah, kalau angkutan umum darat itu aman dan sesuai protokol kesehatan. Nah ini yang membikin masyarakat 'menganggap' kalau naik angkutan umum itu ribet, khawatir nanti ditanyain ini-itu, khawatir nanti ada isu di daerah, kalau turun di titik di tujuan di tanyain ini-itu sama petugas. Padahal itu kan nggak ada," jelas Sani.

ADVERTISEMENT

"Kalau boleh saya sampaikan, kita berharap pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan membantu kita men-declare kepada masyarakat kalau sarana angkutan umum darat itu sudah aman dan sesuai protokol kesehatan dan tidak diwajibkan A,B,C,D,E itu, yang penting masyarakat tetap menjaga protokol kesehatan: jaga jarak, pakai masker, mencuci tangan, dan bawa hand sanitizer," sambung pria yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) itu.

Lanjut Sani menjelaskan, saat ini PO Bus yang beroperasi masih menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Penempatan penumpang masih berdasarkan pengaturan jarak untuk mencegah penyebaran virus.

"Di bus masih menerapkan physical distancing. Dan penumpangnya juga nggak sampai 100% juga kok. Saat ini okupansi penumpang masih sekitar 40%, 60% paling tinggi. Kalau aturan dari Kemenhub sendiri, masih menerapkan 70-80% dari kapasitas penuh. Ini untuk (trayek) dari zona oranye-merah atau hijau ke merah. Tapi kalau hijau ke hijau boleh (bawa penumpang) 100% dari kapasitas penuh," ujarnya.

"Dan dari sisi penumpang, hari ini masyarakat sudah sangat-sangat sadar akan protokol kesehatan. Jadi penumpang itu tanpa kita harus ingatkan, tanpa kita minta, mereka rata-rata sudah bawa masker dan hand sanitizer sendiri," tukasnya.




(lua/din)

Hide Ads