Perusahaan Korsel Teken Kerjasama Baterai Mobil Listrik Pekan Ini

Perusahaan Korsel Teken Kerjasama Baterai Mobil Listrik Pekan Ini

Doni Wahyudi - detikOto
Selasa, 17 Nov 2020 17:42 WIB
Pengendara wanita mengisi baterai mobil Chrysler Pacifica
Ilustrasi mobil listrik sedang diisi sayanya (Fiat Chrysler Automobiles)
Jakarta -

Produsen baterai kendaraan listrik asal Korea Selatan, LG Chem Ltd, tinggal selangkah lagi menandatangani proyek baterai untuk mobil listrik di Indonesia.

Demikian diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam webinar yang digelar UGM, Selasa (17/11). Penandatanganan proyek baterai mobil listrik ini akan berlangsung pada pekan ini.

"Minggu ini kalau tidak ada perubahan LG Korea juga juga akan tanda tangan (kerja sama pengembangan baterai mobil listrik)," kata Luhut dikutip dari Antara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kerja sama tersebut meneruskan kesepakatan yang sebelumnya sudah tercapai dengan Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL). Perusahaan asal China itu juga telah menandatangani kerja sama dengan Inalum untuk pengembangan baterai lithium untuk kendaraan listrik.

"Jadi, saya sampaikan, kemarin sudah ditandatangan CATL, minggu yang lalu antara CATL dengan Inalum untuk pembuatan lithium battery," katanya.

ADVERTISEMENT
Operasional mobil listrik seperti bus kota hingga taksi di China juga didukung dengan fasilitas Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU) atau 'SPBU' Listrik. Yuk kit alihat proses pengisian listrik ke baterai kendaraan.Mobil listrik sedang diisi dayanya (Feby Dwi Sutianto)

Mantan Menko Polhukam itu menuturkan Indonesia ingin menjadi pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik karena memiliki cadangan nikel terbanyak di dunia. Indonesia pun kini mulai melakukan hilirisasi nikel dan diharapkan produksi baterai kendaraan listrik sudah bisa dimulai pada akhir 2023 atau 2024.

"Sekarang kita sedang approach (mendekati) juga dengan yang lain, big player. Kita pengennya kemana saja kita berkawan, apakah dia China, apakah dia Amerika, atau mana," lanjut dia.

Mantan Menkopolhukam itu menegaskan bahwa pemerintah tidak mau lagi hanya ekspor barang mentah (raw material). Sebab, harganya akan sangat tergantung pada harga komoditas.

Kita jangan hanya ekspor-ekspor raw material sehingga kita tergantung kepada harga komoditi. Dengan kebijakan (peningkatan nilai tambah) seperti ini, kita tidak akan tergantung sama itu (harga komoditas)," tambahnya.




(din/rgr)

Hide Ads