Kendaraan komersial merupakan salah satu bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi. Indonesia yang memiliki kapasitas produksi kendaraan memiliki potensi besar di sini namun, masih kesulitan memperluas pasar karena standar emisi.
Di Indonesia untuk kebutuhan dan regulasi kendaraan komersial masih membuat dengan standar Euro 2. Untuk memenuhi pasar ekspor lain tentu pabrikan harus menyediakan jalur produksi lain untuk itu yang mana akan meningkatkan biaya produksi.
"Jika bisa buat kendaraan tersebut cuma akhirnya menjadi mahal karena production line berbeda," kata Ketua Umum Gaikindo, Yohanes Nangoi saat ditemui di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini berbeda dengan negara tetangga seperti Thailand. Standar pasar domestik negara tersebut sudah sama dengan standar ekspor sehingga lebih hemat biaya produksi.
![]() |
"Thailand standar sudah tinggi jadi bikin untuk ekspor dan domestik sama akibatnya harga lebih kompetitif. Nah Indonesia harus punya standar domestik dan ekspor cuma kostnya jadi lebih mahal," ungkap Nangoi.
Nangoi mengatakan pemerintah berperan penting dalam mendorong ekspor kendaraan komersial ini. Caranya tentu dengan memberikan komitmen lebih pada lingkungan dengan meningkatkan standar emisi ke level lebih tinggi.
"Tentunya pemerintah kebijakannya harus mengikuti arus bahwa mereka harus bersih lingkungan dan segala macam, otomatis kendaraan kost kompetitif lebih baik untuk diekspor. Mudah-mudahan kebijakan pemerintah makin menoleh pada kemajuan teknologi tentunya akan menjadi standarisasi lebih baik buat kita sehingga produk eskpor dan dalam negeri tk perlu dua line," paparnya.
Sebagai contoh ketika standar emisi kendaraan penumpang sudah berada di Euro 4. Seiring dengan itu ekspor kendaraan penumpang meningkat. Berkaca dari itu, Nangoi yakin ekspor kendaraan komersil juga bisa mengalami peningkatan seiring meningkatnya standar emisi dalam negeri.
"Memang ekspor kendaraan komersial belum besar tapi bukan berarti tidak bisa, karena Euro 4 baru mulai pada passengger car tahun 2018 kalau nggak salah ya, tapi pada saat itu kita sudah bisa ekspor ke mana-mana," pungkas Nangoi.
(rip/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!