Jakarta - Sebuah kecelakaan fatal melibatkan bus Sinar Jaya B-7949-IS dengan bus Arimbi B-7168-CGA di Km 117 tol Cipali arah Jakarta, Kamis (14/11/2019) dini hari. Kronologinya, bus Sinar Jaya yang berada di jalur A (arah Palimanan) tidak terkendali sehingga berpindah ke jalur B (arah Jakarta). Bus Sinar Jaya menabrak Bus Arimbi di jalur tersebut.
Dugaan sementara, kecelakaan terjadi karena pengemudi bus Sinar Jaya tidak bisa mengendalikan kendaraannya.
"Kendaraan Sinar Jaya melaju dari arah Jakarta menuju Palimanan (jalur A). Setiba di TKP diduga sopir Sinar Jaya kurang antisipasi sehingga kendaraan tidak terkendali lalu menyeberang ke jalur B menabrak Bus Arimbi yang datang dari arah Cirebon menuju Jakarta di lajur 2," kata Karo Penmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan pun menyesalkan kejadian ini. Apalagi kecelakaan ini cukup fatal, karena bus sampai menyeberang ke lajur berlawanan. "Karena kalau (kecelakaan) sudah nyeberang (lajur) itu, pasti korbannya lebih banyak, karena mereka (pengemudi bus) sama-sama lagi cepat," kata pria yang akrab disapa Sani, kepada detikcom, Kamis (14/11/2019).
Sani pun memiliki pendapat terkait kecelakaan yang terjadi pada hari Kamis (14/11/2019) pukul 00.15 WIB di Km 117 Tol Cipali arah Jakarta, itu. Menurut Sani, jika kecelakaan itu diasumsikan gara-gara pengemudi mengantuk, ia kurang setuju.
"Kalau disepakati (penyebabnya-Red) karena ngantuk, itu kan kejadian di Km 117. Dari Jakarta kan baru sekitar 2-3 jam, harusnya kan belum di titik fatigue (kelelahan) ya. Jadi saya bukannya membela. Tapi kondisi fisik seseorang kan tidak sama. Tapi kalau dilihat dari jam operasi dan titik kenanya, seharusnya belum dalam kondisi kelelahan," terang Sani.
Lanjut Sani, kasus kecelakaan ini masih butuh pendalaman dan investigasi lanjut dari Kepolisian. "Apakah di benar nyeberang (jalan-Red) karena ngantuk, apakah dia menghindari sesuatu dia buang setir. (Saat-Red) ini cuma pengemudi (tersebut-Red) dan Tuhan yang tahu," ungkap Sani.
Pendapat berbeda dikatakan instruktur Safety Driving di Rifat Drive Labs, Andry Berlianto. Menurut Andry, jika melihat kronologis waktu kejadian, ada di dini hari, di mana kondisi manusia tengah dalam kondisi yang lemah atau menurun.
"Dalam kondisi lemah tersebut, pastinya akan melemahkan proses antisipasi mengemudi saat menerima cobaan kecelakaan. Belum lagi kondisi penumpang yang mungkin sedang tidur, sehingga tidak ada pengawasan terhadap kondisi pengemudi," kata Andry.
Selain dari faktor human error, Andry juga mempunyai dugaan dari faktor teknis, seperti kondisi bus yang mengalami masalah sesaat sebelum terjadinya kecelakaan.
"Patut dicari, apakah dari sisi kendaraan apakah masih laik jalan atau tidak? Seperti melakukan pengecekan harian kendaraan, apakah ada sistem yang bermasalah atau tidak? Dan ini akan cukup panjang bahasannya. (Kecelakaan bisa terjadi karena-Red) misal seperti rem angin yang bocor dan ini bisa masuk dalam kategori temuan besar," terang Andry.
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!