Jakarta -
Presiden
Joko Widodo (Jokowi) masih menggunakan mobil kepresidenan
Mercedes-Benz S600 Guard. Mobil itu merupakan warisan dari Susilo Bambang Yudhoyono sejak tahun 2008 yang dibeli pada tahun 2007.
Namun, pemerintah mempertimbangkan penggunaan mobil baru. Kementerian Sekretariat Negara tengah mempertimbangkan mobil baru yang bakal digunakan oleh presiden Joko Widodo di masa kepemimpinan 2019-2024. Sebab, Mercy yang masih dipakai Jokowi itu dianggap sudah tua dan sering bermasalah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berita soal mobil presiden yang sudah tua ini menjadi berita populer pada Kamis (4/7/2019) kemarin.
Selain itu, ada berita populer lain seperti akibat parkir sembarangan mobil dibareti orang, mobil made in Indonesia semakin laris di luar negeri, spyshot mobil baru di Bandara Soekarno-Hatta yang diduga Renault Triber, hingga fakta Indonesia disesaki kendaraan. Berikut ulasannya.
Mobil baru untuk Jokowi dirasa perlu. Mengingat mobil Mercedes-Benz S600 Guard yang masih menemani Jokowi saat ini sudah cukup lama.
"Ada pertimbangan karena kondisinya sudah cukup tua dan sering bermasalah," kata Kepala Biro Umum Kementerian Sekretariat Negara Piping Supriatna kepada detikcom.
Mobil tersebut bahkan pernah kedapatan mogok saat Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Barat 2017 lalu. Saat itu mobil disebut mengalami masalah pada pengaturan gas. Itu bukan pertama kalinya tunggangan orang nomor satu di Indonesia itu mogok.
Sedan premium itu juga pernah mogok saat Jokowi melakukan kunjungan ke Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo.
Saat ini sudah ada dua produsen Jerman yang menawarkan mobilnya untuk nantinya digunakan sebagai kendaraan dinas presiden yakni Mercedes-Benz dan BMW. BMW membocorkan menawarkan seri 7 Security Vehicle F02 sedangkan Mercedes-Benz masih merahasiakan model pastinya. Namun setidaknya mobil masih berasal dari keluarga S-Class.
"Iya betul (Mercedes-Benz dan BMW menawarkan mobil untuk kendaraan dinas presiden). Perkembangan lebih lanjut nanti akan disampaikan resmi oleh Kemsetneg. Sekarang kami masih koordinasi internal," jelas Piping.
Seorang pemilik mobil di Malaysia harus menanggung perbuatannya sendiri. Gara-gara parkir sembarangan, mobil dibikin baret oleh orang lain. Baretan di bodi mobil itu merupakan tulisan bernada kasar. Cerita soal parkir sembarangan yang dibareti orang ini menjadi viral di Facebook.
Tulisan bernada kasar tersebut tampaknya diutarakan oleh pengendara lain yang jalannya dihalangi mobil parkir tersebut. Alih-alih menunggu empunya mobil datang, pengguna jalan yang kesal terhalangi tersebut merusak mobil yang parkir sembarangan.
Mobil yang parkir sembarangan itu dirusak dengan goresan bertuliskan, "I PARKED LIKE AN IDIOT", dan "A**HOLE". Mobil itu diparkir di depan sebuah hotel di Kuching, Malaysia.
Disebutkan, mobil itu menghalangi jalan keluar dari tempat parkir gedung.
Menanggapi kabar viral ini, warganet banyak yang memuji tindakan vandalisme tersebut. Katanya, biar pemilik mobil kapok untuk parkir sembarangan yang menghalangi jalan pengendara lain.
Kisah viral ini bisa menjadi pelajaran bagi detikers. Intinya, selalu parkir di tempat yang telah disediakan. Jangan sampai mobil kita dirusak orang karena ulah kita memarkir mobil tidak pada tempatnya.
Terjadinya momen besar, Pemilu 2019, disebut-sebut jadi penyebab utama menurunnya penjualan mobil domestik Indonesia di awal-awal tahun ini. Tapi hal itu tampaknya tidak terjadi di level pasar ekspor.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menyebut, ekspor mobil rakitan Indonesia mengalami pertumbuhan sangat positif.
"Jadi bisa dicatat, tahun 2018 ekspor Indonesia tumbuh 14 persen dibanding tahun 2017. Dan di 2019 ini tumbuh hampir 20 persen dibanding 2018, sampai dengan Mei 2019," kata Ketua Umum Gaikindo, Yohannes Nangoi.
Nangoi melihat, pertumbuhan pasar ekspor yang pesat menunjukkan pasar luar tidak terpengaruh oleh kontestasi politik yang sedang menghangat di Tanah Air.
"Kita lihat ekspor kita bertumbuh dengan pesat, jadi ini menunjukkan bahwa kondisi politik dalam negeri yang membuat jadi konsumsi domestik terganggu. Sementara angka ekspor masih baik," lanjutnya lagi.
Sebelumnya di kesempatan lain Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara pernah berkata jika ekspor mobil Indonesia sepanjang 2019 ini sudah mencatat angka 90 ribuan. Gaikindo menargetkan sampai akhir tahun bisa ekspor mobil secara utuh (CBU) hingga 300 ribu unit.
"Pasar otomotif dunia begitu luasnya dan kita sudah mengekspor ke 80 negara. Kami harap mendapat dukungan dari pemerintah maupun prinsipal untuk membuka market baru, agar angka ekspor dan negara tujuan ekspor bertumbuh," pungkas Nangoi.
Sebuah mobil baru saja mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Mobil itu masih ditutupi dengan cover mobil. Mobil apa ya?
Karena bodinya ditutupi sepenuhnya, hanya sedikit bagian pelek dan bagian samping mobil yang terlihat. Ada semburat warna oranye di balik cover pada bagian samping mobil. Peleknya berpalang 5 dengan 4 lubang. Mungkinkah itu Renault Triber?
Dari lekuk desainnya, mobil itu memang mirip dengan Renault Triber yang baru diluncurkan di India beberapa waktu lalu. CEO PT Maxindo Renault Indonesia Davy J Tuilan beberapa waktu lalu memang menyatakan mobil akan segera meluncur di Indonesia dalam waktu dekat, tepatnya di pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) pada pertengahan Juli mendatang.
Mobil akan memiliki banderol yang cukup terjangkau, kabarnya seharga Rp 100 jutaan. Jadi selain mengiris mobil populer di Indonesia seperti Avanza, mobil juga bisa menjadi pesaing dari mobil Low Cost and Green Car (LCGC) yang lebih murah.
"Kami antusias menyambut kedatangan Renault Triber di Indonesia yang akan diperkenalkan di pameran GIIAS bulan Juli mendatang. Terobosan desain dan fitur Renault Triber akan menjadi standar baru di industri otomotif Indonesia, dan akan menarik minat pelanggan dari berbagai segmen," kata CEO PT Maxindo Renault Indonesia Davy J Tuilan dalam pernyataannya.
Mobil rencananya akan diimpor secara utuh dari India. Renault Triber memiliki 3 baris kursi dengan demikian menjadikan mobil sebagai 7 seater. Uniknya mobil yang diproduksi di Chennai india ini punya panjang kurang dari empat meter.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat penjualan produk otomotif tertinggi di dunia. Angka penjualan mobil domestik di Indonesia bisa mencapai di atas satu juta unit per tahunnya, sementara sepeda motor angkanya bisa mencapai enam juta unit lebih.
Dengan angka sebegitu besar, penjualan kendaraan bermotor di Indonesia cukup tinggi dan disebut-sebut sudah mencapai puncaknya. Terlebih, jika melihat di kota-kota besar, populasi kendaraan sudah teramat padat, sehingga menimbulkan kemacetan di mana-mana.
Lalu apakah memang benar jumlah kendaraan di Indonesia sudah terlalu banyak? Terutama jika dihitung dari rasio kepemilikannya.
Dijelaskan Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi, jika dilihat dari rasio kepemilikannya, Indonesia masih kalah dari Thailand dan Malaysia.
"Bicara volume, di Indonesia sangat kecil sekali. Kita hanya punya 87 unit mobil per 1.000 orang. Sementara Thailand sudah 240 mobil per 1.000 orang, dan Malaysia 400 mobil per 1.000 orang," kata Nangoi di Jakarta.
"Jadi kalau bicara (Indonesia) punya banyak kendaraan, tidak juga. Karena kita punya populasi 265 juta penduduk, dan saat ini densitasnya masih sangat ringan. Memang terlihat padat karena masih konsentrasi di satu arah (pulau Jawa)," lanjut Nangoi.
Dikatakan Nangoi, 5 tahun lalu 80 persen konsentrasi penjualan mobil terletak di pulau Jawa, sisanya 20 persen di luar pulau Jawa.
"Tapi kalau pemerintah berhasil membangun infrastruktur yang lebih baik, Anda akan menemukan penyebaran penggunaan kendaraan lebih banyak di daerah-daerah. Saat ini 60 persen di pulau Jawa dan 40persennya di luar pulau Jawa. Jadi sudah mulai menyebar," pungkas Nangoi.
Halaman Selanjutnya
Halaman
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah