Seorang mahasiswi tewas kecelakaan di daerah Cianjur, Jawa Barat. Polisi menjelaskan, diduga mahasiswi yang mengendarai motor itu tewas tertabrak mobil yang mencoba mengekor rombongan pengawalan.
Dikutip detikJabar, kecelakaan itu terjadi pada Jumat (20/1) sekitar 14.55 WIB di Kampung Sahbandar, Kecamatan Karangtengah, Cianjur. Saat itu, korban yang merupakan mahasiswi Universitas Suryakencana, sedang mengendarai sepeda motor jenis matik bernomor polisi F-4193-SF dari Bandung ke Cianjur. Pada waktu bersamaan, ada rombongan kendaraan yang melintas dari Cianjur menuju Bandung.
"Korban sempat menabrak kendaraan di depannya, yaitu angkot, kemudian jatuh. Kendaraan ke sebelah kiri, sedangkan korban jatuh ke sebelah kanan, tapi masih ada di jalur yang bersangkutan. Artinya tidak berpindah jalur, tidak pindah jalur marka," kata Kapolres Cianjur AKBP Doni Hermawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diduga korban tewas akibat kepalanya terbentur kendaraan yang melaju dari arah berlawanan. Dia mengatakan, saat terjadi benturan, korban masih mengenakan helm.
Berdasarkan rekaman CCTV, korban diduga ditabrak mobil Audi A8 berwarna hitam. Polisi memastikan mobil Audi tersebut bukan bagian dari rombongan yang dikawal polisi.
"Kendaraan tersebut adalah kendaraan yang masuk ke rombongan pengawalan. Artinya mengikut, jadi bukan rombongan pengawalan, tapi ini rangkaian liar yang memaksa masuk," kata dia.
Dari peristiwa ini, ada beberapa pelajaran penting yang bisa diambil. Menurut Sony Susmana, praktisi keselamatan berkendara dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), memang banyak sekali pengemudi yang suka ngekor iring-iringan pengawalan untuk menghindari kemacetan.
"Saking berebutnya, mereka tidak pernah jaga jarak dan kecepatan," ujar Sony kepada detikcom, Rabu (25/1/2023). Dia bilang, mengekor iring-iringan pengawalan adalah bentuk perilaku tidak bertanggung jawab.
Dari sisi pengendara lain, pelajaran pentingnya adalah untuk selalu waspada terhadap kemungkinan terburuk di jalan raya. Salah satunya ketika kita bertemu rombongan pengawalan.
"Perlu dipahami bahwa iring-iringan apa pun yang ada di Indonesia selalu agresif, tidak hanya membahayakan bahkan sering berujung konflik. Hal tersebut terjadi akibat minimnya pengetahuan dasar berkendara para pengemudi," sebut Sony.
Terlebih, dari sisi pengguna jalan lain, tidak banyak yang mau minggir atau membuka jalan ketika mendengar sirine. Banyak pula pengendara sepeda motor yang berkendara menggunakan earphone atau helm yang tidak sesuai sehingga suara-suara yang ada di luar tidak terdengar.
"Bagi pengendara lain, sudah harus mengubah kebiasaan dalam berkendara untuk selalu cek spion ketika mendengar suara sirene dan segera menepi atau kalau macet bikin escape path atau selalu berjalan di sisi kiri," jelas Sony.
(rgr/lth)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah