Jangan Tiru Aksi Tohap Silaban, Ada Cara Cegah Emosi di Jalan

Jangan Tiru Aksi Tohap Silaban, Ada Cara Cegah Emosi di Jalan

Ridwan Arifin - detikOto
Minggu, 09 Feb 2020 11:10 WIB
Tohap Silaban ditangkap polisi
Foto: Tohap Silaban ditangkap polisi (Wilda Hayatun Nufus/detikcom)
Jakarta -

Tohap Silaban sudah ditetapkan sebagai tersangka. Sebelumnya ia emosi bahkan mengajak duel petugas polisi patroli jalan raya lantaran tak terima ditilang saat melintas di Jalan Tol Angke, Jakarta Barat, Jumat (7/2).

Karena tak terima ditilang petugas. Dia mendorong, mencekik, hingga mengajak duel anggota PJR tersebut. Saat itu, Bripka Rusdi dan Brigadir Eko Budiarto tengah berpatroli dan melihat banyak kendaraan yang berhenti di bahu jalan tol.

Diduga kuat, kendaraan-kendaraan tersebut berhenti di bahu tol untuk menunggu waktu ganjil-genap selesai. Untuk diketahui, ganjil-genap pada pagi hari berlaku pada pukul 06.00-10.00 WIB.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kejadian ini direkam oleh Brigadir Eko sebagai laporan kepada pimpinannya. Dalam video yang beredar, Tohap tampak sangat emosional saat itu.

Agar kasus emosi seperti yang dilakukan Tolap tak lagi terulang, setiap pengendara di jalan wajib mengontrol emosi di jalan.

ADVERTISEMENT

Perilaku kekerasan saat berkendara dikenal dengan sebutan road rage, perilaku agresif atau marah yang ditunjukkan oleh pengemudi kendaraan jalan.

Beberapa waktu yang lalu, Yudi Prasetio, salah satu praktisi keselamatan berkendara dari Rifat Drive Labs mengatakan terdapat cara untuk mencegah untuk menghindari road rage.

Pertama, ketika hendak berkendara, tubuh harus dalam kondisi fit dengan istirahat yang cukup. Sehingga ketika menyetir pun konsentrasi akan lebih maksimal.

Kedua, manajemen waktu perjalanan. Berangkat lebih awal bisa menjadi salah satu solusi agar memiliki waktu yang cukup, dengan demikian perjalanan tidak menjadi terburu-buru, sehingga potensi melanggar lalu lintas pun semakin terhindar.

(Halaman selanjutnya, rencanakan jalur untuk melintas)

Selain itu, pengemudi juga bisa merencanakan jalur untuk melintas.

"Pilih jalur yang tidak berpotensi terjadi kemacetan, walau jarak tempuh lebih jauh tapi ditempuh dengan lancer jauh lebih baik ketimbang kondisi macet yang berpotensi menyebabkan stress yang akan memicu emosi," ungkap Yudi kepada detikcom beberapa waktu yang lalu.

Tips lain, pengemudi juga mesti paham etika berkendara di jalan. Sebab, bukan tidak mungkin perilaku berkendara juga memancing emosi pengendara lain di jalan.

"Beri tanda (komunikasi) ketika ingin bermanuver seperti menyalip, berbelok, atau berpindah jalur seperti menyalakan sein lebih awal. Bisa juga dibantu dengan menyalakan lampu jauh atau klakson untuk memberi tahu keberadaan kita, namun lakukan dengan sopan dan tidak berlebihan," kata Yudi.

Mematuhi rambu lalu lintas menjadi hal mutlak yang perlu ditaati bagi setiap pengendara di jalan. Mengakali ganjil-genap juga menjadi satu perhatian lebih petugas kepolisan saat ini, apalagi jika sampai berhenti di bahu jalan tol sehingga menyebabkan kepadatan lalu lintas.

Pengendara yang berperilaku seperti itu disebut tidak memiliki etika. Karena mereka hanya memikirkan dirinya sendiri

"Memang menyebalkan perilaku seperti itu, tapi itulah mereka (pengendara nakal-Red). Kalau dari sisi safety memang ada aturan yang dia langgar, tapi ini yang dilanggar aturan etika bukan aturan hukum. Jadi susah juga untuk ditindak," ujar Director Training Safety Defensive Sony Susmana.
Sony pun mengingatkan, agar para pengendara tidak berkendara demikian.

"Kalau saran, saya merasa mereka lebih paham bahwa jalan raya ini milik bersama, kalau mereka melakukan itu (tidak mempedulikan pengendara lain dengan berkendara pelan di tol-Red) untuk bisa berkendara untuk kepentingan dia, harusnya mereka lebih pintar untuk tidak seperti itu. Atau jika memang harus berhenti mereka harus berhenti di rest area, tidak di jalan tol," katanya.


Hide Ads