Ingat! Ganti Ban Lebih Kecil Bikin Motor Nggak Kuat Angkut Beban

Ingat! Ganti Ban Lebih Kecil Bikin Motor Nggak Kuat Angkut Beban

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Selasa, 27 Jul 2021 17:20 WIB
Michelin Indonesia meluncurkan ban City Grip Pro di Jakarta, Sabtu (30/4/2016). Ban dirancang bagi pengendara tunggal atau berboncengan dan diklaim bisa menembus kontur jalan yang ekstrem.
Demi keselamatan, ganti ban jangan pakai ukuran yang lebih kecil. Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Ban menjadi peranti paling penting dalam sebuah kendaraan karena satu-satunya komponen yang menyentuh langsung ke jalan. Dalam memilih ban, pemilik kendaraan harus memperhatikan banyak hal. Salah satunya soal pemilihan ukuran ban.

Customer Engineering Support Michelin Indonesia, Mochammad Fachrul Rozi, menjelaskan dalam memilih ban yang paling penting adalah sesuaikan ukurannya dengan standar pabrikan. Rozi tidak menyarankan menggunakan ban yang ukurannya lebih kecil dari standar pabrikan.

"Pemilihan ban harus tepat, yaitu sesuai dengan motornya. Kemampuan bannya harus disesuaikan juga dengan standar bannya. Minimum kita harus mengikuti standar ya. Ukuranya misalnya Nmax 110/70-13 depan 130/70-13 di belakang ya harus diikutin. Minimal sama. Jangan diturunin size-nya," kata Rozi kepada wartawan dalam sesi gathering bersama komunitas Journalist Max Community (JMC) akhir pekan kemarin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebab Rozi bilang, kalau ukuran ban diturunkan dari standar pabrikan, maka kemampuan motor mengangkut beban akan berkurang. Karena, salah satu fungsi ban adalah untuk mengangkut beban.

"Karena setiap ban memiliki load index. Kemampuan masing-masing mengangkut beban. Jadi kalau kita turunin ukurannya otomatis kemampuan kendaraan mengangkut beban akan turun. Artinya akan dangerous juga buat kita sebagai riders," jelas Rozi.

ADVERTISEMENT

Tak cuma ukuran, dalam merawat sebuah ban yang paling penting adalah memperhatikan tekanan angin. Tekanan angin yang kurang sesuai akan membuat umur ban lebih pendek. Lebih-lebih, jika tidak memperhatikan tekanan angin ban bisa berisiko kecelakaan.

"Angin itu kunci utama. Berdasarkan survei yang kita lakukan, kita cek rider yang ada di jalanan itu, angin itu rata-rata di bawah 80%. Harusnya diisi misalnya 29 PSI, diisi cuma 20, 22," sebut Rozi.

"Ini yang kadang-kadang habis itu bannya rusak terus dia bilang bannya nggak bagus. Bukan nggak bagus, maintanance-nya yang nggak bagus. Apa pun itu, yang ngangkut beban yang menopang beban itu angin. Bukan bannya yang kuat, tapi anginnya yang sesuai," sebutnya.

Dalam memilih ban, Rozi juga menyarankan untuk menyesuaikan dengan kendaraan dan tujuan pengunaannya. Misalnya, motor akan diajak untuk touring jarak jauh melewati segala medan, maka pemilihan ban yang sesuai adalah ban dual purpose.

"Misalnya long touring yang kadang-kadang jalannya agak sedikit rusak, tanah, itu dual purpose tyre sangat munpuni bahkan untuk melibas segala macam medan. Tapi kalau touring-touring kayak riding pendek-pendek, kota-kota itu menggunakan ban untuk intercity saja," katanya.




(rgr/lth)

Hide Ads