Seperti yang diungkapkan Instruktur Rifat Drive Lab, Andry Berlianto bahwa untuk satu rombongan konvoi disarankan tidak banyak-banyak agar kenyamanan tidak terganggu.
"Akan aman (direkomendasikan) untuk per 10 motor saja untuk bisa mengikuti flow lalu lintas yang ada, plus menikmati perjalanan," ujar Andry kepada detikcom, Senin (14/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pun demikian bila konvoi dalam kelompok besar disarankan menggunakan pengawalan kepolisian.
"Konvoi-konvoi besar ada baiknya juga dalam pegawalan petugas resmi dari kepolisian," ujar Andry.
Apalagi saat konvoi ada yang meminta prioritas tanpa dikawal oleh polisi, itu tidak dibenarkan. Seperti yang diungkapkan Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu beberapa waktu yang lalu.
Baca juga: Pengendara Arogan Bukan Karena Merek Motor |
"Jadi kalau kita tidak dikawal Polisi, dan Polisi tidak melakukan diskresi terkait dengan rekayasa lalu lintas, maka kita tidak bisa membuat rekayasa itu," ujar Jusri.
Ada beberapa syarat dan tata krama yang perlu dijalankan agar seluruh pengguna jalan merasa aman dan nyaman, khususnya terhindar dari sikap arogansi di jalan.
"Pertama, ada briefing ketentuan konvoi, yang kedua harus ada officer supaya seluruh peserta tahu. Kemudian ada aturan-aturan spesifik ketika saat konvoi, tidak arogansi, tidak ada eksklusivitas dan tidak ada saling balap-membalap," kata Jusri .
(riar/rgr)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar