Hal ini akan membantu pengemudi dan pembonceng mendapatkan posisi nyaman saat motor melaju dan memudahkan pengemudi memegang kendali.
"Untuk berboncengan, pembonceng ideal itu adalah merangkul pengemudi. Ini supaya bisa align dengan dinamika postur pengemudi dan harusnya tidak ada jarak," ujar Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, saat dihubungi detikcom, Rabu (3/4/2019).
Baca juga: Cewek Boncengers Jangan Duduk Menyamping |
Namun instruksi keselamatan ini pada praktiknya memang berbentur dengan kultur budaya dan agama yang diyakini di Indonesia. Kebanyakan orang akan memandang negatif cara berboncengan seperti ini.
Menanggapi hal ini, supaya sesuai dengan keselamatan berkendara serta budaya di Indonesia, teknik merangkul ini bisa diganti dengan cara lain. Paling tidak, Jusri menganjurkan pembonceng untuk duduk menghadap ke depan dan menjepit pinggul pengendara dengan kedua lutut pembonceng.
"Memang ada penghalang yang membuat cara berboncengan seperti merangkul itu dipandang buruk. Untuk itu minimal kedua lutut bisa dijepit ke pinggul pengemudi dan memegang behel pembonceng," papar Jusri.
Posisi berboncengan yang proporsional memang mengutamakan mendapatkan keseimbangan terbaik dalam berkendara. Dekatnya pengemudi dengan pembonceng akan memberikan kemudahan dalam keseimbangan dalam melaju dan bermanuver.
Pentingnya cara berbonceng ini ditegaskan Jusri memiliki pengaruh besar terhadap risiko cedera yang akan dialami pembonceng seandainya itu terjadi. "Teknik berboncengan yang baik ini perlu diaplikasikan karena sering kali kasus kecelakaan bermotor menyebabkan pembonceng mengalami cedera lebih parah daripada pengemudinya," papar Jusri. (rip/rgr)
Komentar Terbanyak
Kapolri Soroti Pengawalan saat Macet: Sirine Melengking Itu Mengganggu
Kendaraan Hilang Lapor Polisi, Kena Biaya Berapa?
Bikin Orang Malas Bayar Pajak, BBN Kendaraan Bekas dan Pajak Progresif Dihapus