Tol Cipali disebut menjadi jalan tol dengan angka fatalitas (kematian) yang tinggi. Ini pelajaran penting bagi pengendara agar tidak menjadi korban kecelakaan maut di jalan tol.
Kementerian Perhubungan mengungkapkan, Tol Cipali memiliki angka fatalitas paling tinggi di dunia. Dalam data Kementerian Perhubungan diungkapkan, setidaknya setiap kilometernya ada 1 korban jiwa.
"Kecelakaan di jalan tol itu makin terus meningkat. Jalan tol Cipali adalah jalan tol yang nomor satu di dunia itu menjadi jalan tol yang fatalitas kecelakaannya paling tinggi," kata Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, Hendro Sugiatno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah ada ragam upaya dilakukan pengelola tol untuk menekan angka kecelakaan yang merenggut korban jiwa. Kendati demikian, kecelakaan masih terus terjadi.
Untuk menghindari kecelakaan maut di jalan Tol Cipali, setidaknya ada beberapa hal yang harus diterapkan pengemudi. Hal itu disampaikan oleh praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana. Pertama adalah soal kecepatan kendaraan.
"Tol Cipali memangkas waktu dan jarak tempuh, tapi bukan berarti boleh bablas pol," ujar Sony kepada detikcom, Minggu (4/12/2022).
Menurutnya, pengelola sudah menyediakan rest area yang nyaman dan lengkap untuk beristirahat. Pengemudi harus paham waktu istirahat selama berkendara.
"Istirahat ini perlu dilakukan mengingat tubuh manusia punya keterbatasan kemampuan untuk fokus serta fit dalam mengemudi. Jadi penting sekali pengemudi melakukan manajemen perjalanan dan manfaatkan seideal mungkin untuk mengistirahatkan dirinya sebelum melanjutkan perjalanan. Pastikan maksimal mengemudi 3 jam dan diselingi istirahat 15-20 menit," jelasnya.
Selanjutnya, Tol Cipali juga tergolong panjang yang mungkin pengendara akan ketemu dengan cuaca yang berbeda-beda, bahkan terang ketemu gelap dan sebaliknya. Jadi, menurut Sony, kendaraan dan ban harus menyesuaikan kemampuannya terhadap kondisi tersebut. "Nah penyesuaiannya lewat refresh/istirahat untuk siap mengemudi selanjutnya," sebutnya.
Dilanjutkan Sony, permukaan jalan tol juga kerap berbeda-beda, ada aspal, beton, juga ketinggiannya berbeda-beda. Masing-masing jenis jalan itu punya karakter sendiri seperti keras, lembut, panas, silau, licin, bumpy atau bergelombang.
"Untuk memastikan kendaraan dalam kontrol pengemudi dan meminimalisir kecelakaan, salah satunya dengan cara mematuhi batas aturan kecepatan," katanya.
Berkendara di jalan tol juga berisiko terkena gejala highway hypnosis yaitu kondisi ketika pengemudi terlena dengan pemandangan dan aktivitas monoton di jalan tol. Hal itu kerap membuat pengemudi telat mengantisipasi kecelakaan. "Apabila persepsi jarak sudah berantakan, maka segera istirahat," ujar Sony.
Untuk itu, Sony menyarankan agar pengemudi mengoptimalkan aktivitas mengemudi. Lakukan dengan metode commentary driving atau berkendara sambil mengomentari keadaan sekitar.
"Dengan berkomentar, maka rahang akan bergerak-gerak dan oksigen akan terpompa ke otak. Sehingga pengemudi dapat fokus, tidak ngantuk dan sigap mengantisipasi bahaya," pungkas Sony.
(rgr/mhg)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?