Kualitas Udara Jakarta Terburuk: Jangan Cuma Salahkan Pemerintah, Lakukan Ini!

Kualitas Udara Jakarta Terburuk: Jangan Cuma Salahkan Pemerintah, Lakukan Ini!

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Selasa, 21 Jun 2022 14:36 WIB
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menggelar uji emisi gratis untuk kendaraan roda dua maupun empat. Antusias warga yang ingin uji emisi mengakibatkan antrean panjang.
Uji emisi kendaraan (Foto: Agung Pambudhy/detikcom)
Jakarta -

Beberapa hari terakhir, AQI Air atau indeks kualitas udara di Jakarta termasuk kategori tidak sehat. Berdasarkan data Senin (20/6/2022) pagi, udara di Jakarta mengandung konsentrasi PM 2.5, 27 kali lebih tinggi dari nilai pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kualitas udara Jakarta dinyatakan tidak sehat selama empat hari terakhir sejak Jumat (17/6/2022). Polutan PM 2.5 DKI Jakarta sebesar 135Β΅g/mΒ³ dan PM10 sebesar 11.5Β΅g/mΒ³.

Namun, jangan cuma menyalahkan pemerintah soal kualitas udara yang buruk. Kebiasaan masyarakat yang masih mengandalkan kendaraan bermotor penyumbang polusi juga harus disesuaikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau di masyarakat, kalau punya mobil/motor tune up secara rutin sesuai rekomendasi pabrikan. Sayangilah sepeda motor dan mobil. Karena dengan melakukan tune up rutin, kendaraan jadi lebih awet," kata Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin, atau yang akrab disapa Puput, kepada detikcom, Senin (20/6/2022).

Selanjutnya, Puput menyarankan untuk menggunakan bahan bakar yang sesuai. Misalnya, kendaraan keluaran setelah tahun 2007 dan sudah Euro 2, minimal pakai bensin RON 92.

ADVERTISEMENT

"Memang harganya lebih tinggi, tapi nggak apa-apa kan masih ketutup. Sepeda motor katakan 3 liter, bisa tiga hari sampai seminggu. Dengan harga yang lebih mahal sedikit tapi maknanya lebih banyak, kendaraan lebih awet, enak dikendarai," ujarnya.

Selanjutnya, kendaraan juga nggak perlu dipanaskan setiap pagi. Jika kendaraan dipanaskan setiap pagi, maka akan boros bahan bakar dan menyumbang polutan juga.

"Langsung jalanin aja dengan kecepatan 15 km/jam keluar komplek, setelah 5 menit sudah keluar kompleks bisa digeber. Karena teknologi sekarang nggak perlu dipanasin. Jadi dihidupin langsung jalan itu bisa. Hampir semua kendaraan sekarang sudah nggak perlu dipanasin lagi. Kalau ragu ya dengan cara jalankan pelan-pelan, setelah itu baru digeber. Karena kalau kita panaskan, kita kehilangan BBM, asapnya juga bisa masuk ke rumah kan jadi problem," ucap Puput.

Yang tidak kalah penting adalah mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Kalau bisa memanfaatkan transportasi umum atau jalan kaki maka tak perlu kendaraan pribadi yang menambah macet dan polusi.

"Jadi kombinasi aja dengan berjalan kaki, dari rumah ke warung nggak usah pakai sepeda motor. Ke mal kalau hanya untuk jalan-jalan pakai angkutan umum lah kombinasikan dengan jalan kaki sambil berolahraga. Dengan demikian akan membantu untuk tidak menyumbangkan emisi," sarannya.

Terakhir, jangan sungkan-sungkan untuk car sharing dengan kerabat yang perjalanannya searah. "Bisa saja kendaraannya ganti-gantian, hari ini siapa yang jemput dan sebagainya," pungkas Puput.




(rgr/din)

Hide Ads