Mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya tak bisa sembarangan. Keselamatan semua pihak harus diutamakan. Terkadang, di jalan ada anak-anak bergerombol di pinggir jalan. Gerombolan anak-anak ini juga perlu diperhatikan agar tak terjadi kecelakaan.
Praktisi keselamatan berkendara yang juga Instruktur & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, mengatakan pengemudi kendaraan bermotor harus memiliki kemampuan analisa mengendarai kendaraan di ruang publik. Jika melihat ada ancaman bahaya, sudah sepatutnya pengemudi memperlambat laju.
"Kalau mereka melihat ada anak-anak di pinggir jalan, mereka harus tahu, dia (anak-anak) bisa nyebrang tiba-tiba. Apalagi kalau lihat dari jauh mereka melakukan aktivitas di bahu jalan, bisa saja dia saling dorong. Yang terjadi adalah kecelakaan," kata Jusri kepada detikcom, Senin (7/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jusri menegaskan, pengemudi harus sadar ketika melihat objek bergerak seperti manusia, mobil, ataupun motor jangan merasa aman. Jangan pula merasa bahwa objek bergerak itu mengerti apa yang kita mau.
"Kalau mereka ada di bahu jalan, kurangi kecepatan, sikapi dengan antisipasi hal yang terburuk. Bisa saja mereka menyeberang tiba-tiba, atau memotong jalur kita, atau masuk ke jalur kita. Jangan pernah merasa nyaman, jangan pernah merasa aman di jalan raya," sebutnya.
"Kalau saya, dari jauh kalau sudah melihat anak kecil, saya akan kurangi kecepatan. Selalu berpikir dia akan nyebrang tiba-tiba. Yang ada di kepala saya setiap melihat anak kecil di pinggir jalan adalah mereka punya kelereng, kelerengnya jatuh pasti dia kejar tuh. Saya berpikir sampai terburuk begitu. Bisa saja ada yang ngejorokin tuh, dorongin kena kan," sambung Jusri.
Selain itu, pengemudi kendaraan bermotor juga harus terus aktif melakukan pemindaian sekeliling kendaraan sejauh mata memandang. Tak cuma pemindaian, pengemudi juga harus paham apa yang harus dilakukan ketika sudah membaca ada bahaya di sekitarnya.
"Mungkin si sopir sudah melakukan scanning/membaca (melihat kondisi sekitar), sopir melihat ada anak kecil segerombolan di pinggir jalan, dia pikir di pinggir jalan, dia pikir nggak mungkin anak kecil itu bodoh untuk berdiri di tengah jalan. Harusnya, dia berpikir yang terburuk, bagaimana anak-anak itu akan menyeberang tiba-tiba. Bagaimana anak-anak itu tidak tahu tentang keselamatan. Dia akan kurangi kecepatan, dia akan klakson," sebutnya.
Jusri juga menyoroti terkait batas kecepatan di jalan raya. Di setiap jalan, ada rambu-rambu batas kecepatan maksimal. Itu harus dipatuhi oleh pengemudi.
"Katakan rambu-rambu batas kecepatan di situ 60 km/jam, 60 km/jam tadi harus dibaca oleh pengemudi dalam kondisi ideal. Artinya dari cuaca harus jelas, terang, dari waktu siang hari, dari kendaraan harus ideal, dari pengemudi harus dalam keadaan sehat, dari lingkungan sepi, itu ideal. Kalau faktor tadi tidak ideal, kecepatannya diturunin. Kalau salah satunya, faktor manusia, muatan, lingkungan, cuaca, kendaraan, tidak ideal maka kecepatan harus turun. Sederhananya begitu," jelas Jusri.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah