Belajar dari Kecelakaan Beruntun di Cipularang, Perhatikan Jarak Aman

Belajar dari Kecelakaan Beruntun di Cipularang, Perhatikan Jarak Aman

Ridwan Arifin - detikOto
Senin, 02 Sep 2019 15:12 WIB
Foto: Dian Firmansyah
Jakarta - Kecelakaan beruntun terjadi di ruas Cipularang KM 91, Tol Purbaleunyi arah Jakarta. Akibatnya 6 orang meninggal dunia dan 8 orang terluka. Kecelakaan melibatkan sejumlah truk, kendaraan pribadi dan bus. Beberapa di antaranya terbakar.

Andry Berlianto, instruktur Rifat Drive Labs mengatakan ada beberapa hal yang dijadikan pegangan saat melintas di jalan tol. "Kecelakaan beruntun terjadi karena minimnya keleluasaan pengemudi untuk menghindar," kata Andry kepada detikcom, Senin (2/9/2019).



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berkendara bukan hanya bicara mengenai kesiapan kendaraan, melainkan juga keahlian pengemudi. Semakin paham pengemudi berperan penting pada keselamatan seisi kabin sampai ke tempat tujuan.

Kecelakaan Beruntun CipularangKecelakaan Beruntun Cipularang Foto: Dian Firmansyah


"Berpegang pada batas maksimal kecepatan, tidak dalam kondisi lelah atau mengantuk yang merubah decision saat terjadi kejadian darurat," ujar Andry.

Lebih lanjut hal terpenting dari mengemudi khususnya adalah menjaga jarak aman kendaraan. Artinya kecelakaan beruntun bisa terjadi di antaranya karena pengemudi tidak siap atau tidak sempat mengantisipasi perlambatan kendaraan lain secara mendadak.

"Tetap menjaga jarak aman antar kendaraan, makin cepat kendaraan makin jauh lebar jaraknya," ujar Andry.



Hal senada juga dikatakan Sony Susmana, praktisi keselamatan berkendara dari Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI).

"Memastikan pengemudi mampu mrnghindari sebuah kecelakaan dgn cara menggiring kendaraan ke arah yang benar, hal tersebut dapat dilakukan apabila ada space aman dan kecepatan kend terkontrol baik," jelas Sony.

Lebih lanjut pengendara diharapkan tidak berkendara secara terburu-buru pun demikian beban kendaraan tidak berlebih.

"Untuk kendaraan berbadan tinggi tidak lantas menikung dengan kecepatan tinggi karena gangguan angin dari samping mempengaruhi gerak mobil saat menikung," kata Andry.

"Tidak memaksakan diri (waktu & kesempatan) dengan mengemudi secara agresive," ujar Sony.


(riar/lth)

Hide Ads