Aquaplanning merupakan suatu keadaan ketika ban mobil tidak mendapatkan traksi karena adanya genangan air. Masalah ini sering terjadi, namun masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara mengantisipasinya.
Bahkan aquaplanning pun adalah suatu kondisi yang tidak bisa diprediksi. Kita tidak pernah tahu seberapa dalam genangan air yang akan kita lewati, karena kontur jalanan yang tidak menentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Berkendara Aman di Musim Hujan ala Pebalap |
"Kita harus memahami bersama bahwa air adalah suatu hal yang sangat berbahaya untuk mobil jika datangnya tidak bisa diprediksi. Pertama, jika banjir terlalu tinggi, mobil bisa mengalami problem mesin rusak atau water hammer (masuknya air ke dalam ruang pembakaran). Kedua, kalau kita sedang berkendara dengan kecepatan tinggi, gejala aquaplanning bisa saja menghampiri kita," ungkap Rifat.
Menurut Rifat Sungkar, aquaplanning paling sering terjadi di jalan-jalan besar atau jalan-jalan di mana mobil sedang berada dalam kecepatan tinggi. Sedangkan pada kecepatan rendah, aquaplanning tidak dapat terjadi karena mobil tidak mendapatkan gaya angkat ketika melewati genangan air.
"Kalau kita sedang berada di kecepatan rendah, tapak ban pasti akan mengikuti kontur jalan. Sedangkan kalau di kecepatan tinggi dan ada genangan air, mobil bisa berkompeten mengambang dan tidak mendapatkan traksi," ujar Rifat.
Baca juga: Lagi Hujan, Hindari Hard Breaking |
Rifat mengimbau jika terjadi aquaplanning, hal yang pertama harus dilakukan adalah mengatur kecepatan saat akan menuju ke genangan air. "Itu wajib dideteksi, tidak bisa seenaknya mengebut. Kita harus membuat keputusan dan antisipasi untuk mengurangi kecepatan," tambahnya.
Kecepatan yang normal itu tentunya beragam, namun ada cara mudah untuk mengantisipasinya. "Pertama, jangan pernah injak rem saat melewati genangan air! Sudah pasti mobil yang melewati genangan air memiliki grip yang sangat kurang jika dibandingkan saat kita melewati jalan yang normal," ujarnya.
Akibatnya jika kita injak rem dan mobil yang digunakan adalah non anti-lock braking system (ABS), saat melewati genangan air, mobil otomatis akan menarik sesuai dengan di mana genangan air itu berada. Misalnya kita melewati genangan air di sebelah kiri, maka secara otomatis ban sebelah kiri akan mengunci dan mobil tersebut akan tertarik ke arah di mana ban terkunci. Keadaan tersebut justru bisa sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan fatal.
Kedua, Rifat mengingatkan juga untuk jangan pernah menginjak gas ketika melewati aquaplanning. "Seratus persen jangan injak gas! Kita harus mengontrol kecepatan karena ada kemungkinan saat melewati aquaplanning, ban akan mengalami spin out di salah satu bagian atau bahkan dua ban sekaligus jika aquaplanning-nya besar," tegas Rifat.
Karena saat ban spin out, RPM akan naik dan ketika kita sudah melewati jalan yang tidak ada aquplanning-nya, mobil bisa tertarik dengan sendirinya. Memang kalau mobil front wheel drive (FWD), akan lebih mudah dikontrol karena daya tarik ada di depan. Namun kalau mobil yang digunakan rear wheel drive (RWD), bisa sangat berbahaya karena akan menyebabkan oversteer atau mobil sliding di bagian belakang.
Satu hal lain yang juga harus diantisipasi ketika aquaplanning terjadi adalah kemungkinan air akan naik ke kaca, jadi kita harus selalu siap dengan wiper.
Terakhir Rifat mengingatkan bahwa langkah paling bijaksana ketika berkendara di tengah hujan, dalam keadaan basah, atau ada aquaplanning adalah untuk mengontrol kecepatan.
"Jadilah pengendara yang bijak. Kontrol kecepatan selalu sesuai dengan peraturan atau mungkin di bawah itu karena sebetulnya gejala aquaplanning sama sekali tidak ada yang positif dan rata-rata mengarah ke suatu keadaan yang lebih berbahaya," tutup Rifat. (ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?