Banting Setir dari Bengkel Motor ke Salon Sepeda, Muhamad Taufik Kantongi Puluhan Juta Sebulan

Banting Setir dari Bengkel Motor ke Salon Sepeda, Muhamad Taufik Kantongi Puluhan Juta Sebulan

Ari Saputra - detikOto
Jumat, 12 Jun 2020 07:58 WIB
LONDON, ENGLAND - NOVEMBER 13:  Workmen assemble Brompton folding bicycles on the production line in their factory in Brentford on November 13, 2012 in London, England. Brompton is one of only two major bike frame manufacturers still based in the UK, creating all their folding bicycles in West London. The original Brompton patent was filed in 1979 by the inventor Andrew Ritchie and basic design remains largely unchanged. Each bike is comprised of over 1200 parts and takes approximately 6 hours to construct.  (Photo by Oli Scarff/Getty Images)
Perakitan sepeda Brompton (Ilustrasi: Oli Scarff/Getty Images)
Jakarta -

Muhamad Taufik Saputra awalnya hanya dikenal di kalangan penggemar sepeda motor atau sparepart mobil. Tapi kini dia ngetop di komunitas sepeda lipat premium Brompton. Namanya menjadi salah satu rujukan para penggemar Brompton yang mau membuat sepedanya makin hits dan selalu dilirik saat kongkow ataupun usai diposting di sosial media.

"Tahun 2018, 2019 mulai ramai main sepeda. Sekarang, hampir semua orderan sepeda lipat. 80an persen lah. Sisanya ada yang motor, ada yang sparepart mobil," kata Muhamad Taufik Saputra, pemilik salon sepeda Sagala Herang Chrome & Coating saat ditemui di bengkel kerjanya, di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (8/6/2020). Salon sepeda tersebut dapat menyulap sepeda lama menjadi baru lagi dengan teknik powder coating, painting maupun chrome.

Soal fokus bisnis ke perawatan sepeda banyak dipengaruhi oleh kekuatan media sosial. Taufik menyatakan, banyak penggemar sepeda ke bengkel kerjanya atas referensi medsos maupun rekomendasi komunitas pesepeda. Tidak hanya sepeda Brompton, sejumlah merek sepeda lipat lain maupun sepeda MTB juga dikerjakan.

CHICHESTER, ENGLAND - JULY 28:  A bike wears the name Brompton at the Brompton World Championship folding bike race, which is part of the Orbital cycling festival at Goodwood Motor Circuit on July 28, 2013 in Chichester, England. The race starts with a Le-Mans style sprint to the rider's bike, which is then assembled and followed by a 15.2km ride. A strict dress code of jacket and tie applies, with an award going to the most stylishly dressed.  (Photo by Matthew Lloyd/Getty Images)Sepeda Brompton Foto: Rosmha Widiyani/deetikHealth



"Bandingannya kalau posting selain sepeda, jumlah like-nya paling 30 atau 40. Tapi kalau posting sepeda (hasil repainting atau chrome), bisa 400, bisa 600. Bahkan diatas 1000 like. Dari situ saya tahu, pasarnya lebih banyak, pencinta sepeda," imbuh pria yang masih berusia 30 tahun itu. Sebagai catatan, saat ini akun Instagram Sagala Herang diikuti lebih dari 15.000 follower, jumlah yang tidak sedikit untuk sebuah salon sepeda.

Sebelum menggeluti dunia repainting, Taufik merupakan karyawan salah satu bank BUMN di Jakarta. Saat itu ia berada di posisi analis kredit untuk commercial. Setelah 3 tahun di dunia perbankan, ia berusaha mencari tantangan dengan memulai usaha sendiri.



Ia memulai bisnis pengecatan sepeda motor ataupun sparepart mobil pada tahun 2016. Modalnya cukup banyak, menyentuh angka Rp 400 juta, sebagian dari bank. Modal itu kebanyakan untuk membeli bahan baku berupa zat kimia, cat, powder, peralatan dan sewa tempat. "Kalau alat-alat seperti kompresor sih murah. Yang mahal bahan kimianya," tukas Taufik dengan logat Sunda yang selalu terdengar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Halaman Berikutnya: Omzet Puluhan Juga Per Bulan]


Hingga pada suatu hari, sekitar 2018, seorang penggemar sepeda Brompton, Baron Martanegara meminta jasa Taufik me-repainting sepeda miliknya. Kebetulan Baron bukan hanya penggemar sepeda melainkan Presiden Brompton Owner Group Indonesia (BOGI), salah satu komunitas sepeda Brompton yang aktif dan tersebar di seluruh Indonesia.

Sejak saat itu, menurut pengakuan Taufik, permintaan untuk membuat sepeda makin hits dan berbeda terus berdatangan. Dari karyawan swasta hingga pejabat negara. Dari Jakarta sampai luar Jawa hingga yang terjauh dari Singapura. Padahal, untuk melihat sepedanya diberi sentuhan seni mewarnai M Taufik, mereka harus merogoh kocek yang tidak murah bagi sebagian kalangan. Jasa chrome, coating atau repainting satu unit sepeda mulai dari Rp 1,7 juta. Itu belum termasuk permintaan khusus seperti pemberian motif atau efek khusus.

Bisnis perawatan dan reparasi sepeda meraup untung di masa PSBB ini. Seperti yang dialami bengkel sepeda premium, Brompton di Mampang Prapatan ini.Bisnis perawatan dan reparasi sepeda meraup untung di masa PSBB ini. Seperti yang dialami bengkel sepeda premium, Brompton di Mampang Prapatan ini. Foto: Ari Saputra



Saat masa pandemi Corona dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), order perawatan atau mewarnai sepeda makin naik. Menurut Taufik, saat Work From Home (WFH) pemilik sepeda cenderung ingin melihat wajah baru dan siap digunakan saat PSBB atau WFH berakhir.

"Paling mahal saya dibayar Rp 15 juta untuk satu sepeda. Banyak juga yang minta tidak usah diposting ke sosmed. Ada juga yang bawa sepeda masih baru, masih ada kwitansinya ditunjukan ke saya, dia cuma ingin ganti warna. Ada yang cuma kegores dikit, minta ganti warna. Tapi ada juga yang masih nawar, katanya kemahalan. Namun setelah dijelaskan mengenai bahan yang digunakan, baru mereka mengerti, " ucap Taufik membeberkan sejumlah perilaku kliennya.

Dengan banyaknya order perawatan sepeda, saat ini pendapatan bengkel yang dikelola Taufik terus menanjak. Setidaknya Rp 50 juta ia dulang dalam sebulan. Taufik pun bisa menggaji 6 karyawan dan melunasi sejumlah tagihan operasional bengkel seperti listrik dan sewa tempat.

"Kalau masih jadi karyawan bank, ya beda ceritanya," pungkas M Taufik yang masih mempunyai sejumlah harapan untuk pengembangan usahanya itu.


Hide Ads