Satu unit supercar McLaren MP14-12C ringsek usai mengalami kecelakaan tunggal di ruas Tol Jagorawi, Minggu (5/3/2020). Perlu dicatat mengendarai supercar itu tidak sama dengan mobil biasa.
"Karakter supercar itu berbeda dengan kendaraan lain, dan nuansa membawa supercar itu berbeda dari melihat, mendengar itu degup jantung luar biasa." kata pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) ini saat dihubungi detikcom, Minggu (5/3/2020).
Baca juga: Bocoran Penerus BMW i8 yang Makin Garang |
McLaren yang ringsek itu merupakan model MP4-12C yang dicangkok mesin V8 3.800 cc twin-turbo. Di atas kertas mampu memuntahkan tenaga hampir 600 hp di 7000 rpm dan torsi maksimal 601 Nm di 6.000 rpm. Dengan tenaga tersebut, mobil ini mampu melesat dari titik 0-100 km/jam hanya dalam waktu 3,3 detik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jusri menambahkan sisi lain saat membawa supercar ialah memengaruhi psikologis pengemudi.
"Ada faktor psikis, baunya, dentuman suara knalpot ini akan memunculkan hormon endorfin, begitu kita di dalam sensasi yang namanya adrenalin naik. Ketika endorfin dibarengi adrenalin, maka logika sudah tidak main." jelasnya.
"Ketika kita membawa supercar karena sifatnya yang berbeda mereka harus memahami sifatnya." ungkap Jusri.
Di tengah pandemi, kondisi jalan memang sedang dalam kondisi lengang. Diduga McLaren memanfaatkan situasi tersebut untuk memacu laju kendaraan lebih tinggi.
"Harusnya kita sudah bisa menyimpulkan, bahwa kecelakaan supercar (umumnya-Red) bukan soal masalah di technical, bukan kendaraan yang super. Tetapi lebih banyak terkait soft skill," katanya lagi.
"Soft skill akan melahirkan kehati-hatian, perilaku waspada, perilaku tertib, empati," tukasnya.
(riar/lua)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah