Sebagai negara pertama yang terkena dan mulai lepas dari virus corona, China menjadi contoh bagi negara lain. Tidak cuma dalam penanganan kesehatan, tapi juga menjaga kestabilan industri otomotif yang kini mulai bangkit.
China, sebagai negara yang industri otomotifnya tengah berkembang pesat, tak ragu melakukan lockdown untuk menghalau virus corona. Dalam kurun waktu 2 bulan negara tersebut babak belur, namun setelah itu China tak mengalami kesulitan berarti karena berhasil menyelamatkan sumber daya manusianya.
Volkswagen Group bahkan cukup optimis penjualan mobil mereka di China mampu melonjak 4 kali lipat di bulan Maret usai pandemi corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami yakin dampak terburuk dari krisis ini sudah kami lewati 2-3 bulan lalu," kata Kepala Bisnis VW di China, Stephan Woellenstein.
Permintaan memang masih terbatas, namun kapasitas pabrik siap untuk digunakan secara optimal kembali. Volkswagen Group memperkirakan penjualan kendaraan di China menjadi empat kali lipat pada bulan Maret, kata bosnya di Cina, menunjuk ke pemulihan setelah pandemi corona.
"Kami sangat optimis bahwa dampak terburuk dari krisis akan ada di belakang kami dalam dua hingga tiga bulan," kata Stephan Woellenstein, kepala bisnis VW Group China.
Permintaan masih terbatas, kata pembuat mobil, tetapi siap untuk meningkatkan kapasitas pabriknya di negara itu. Sudah 20 pabrik VW di China yang terdiri dari anak-anak perusahaan VW serta mitra kerjasama dengan China mulai beroperasi. Tinggal 2 pabrik saja yang belum dibuka lagi, yakni di Changsha dan Urumqi.
Woellenstein mengatakan dia memperkirakan total penjualan mobil di pasar China dapat menyentuh angka 1 juta unit di bulan Maret. Angka tersebut 4 kali lipat lebih besar dibanding bulan Februari yang hanya menorehkan penjualan sebanyak 250.000 unit.
"Ada semakin banyak tanda-tanda bahwa bisnis otomotif di sini mulai pulih. Pada pertengahan tahun ini, kita bisa kembali mencapai hasil dari tahun 2019. Harapan kembali di pasar Cina," jelas Woellenstein.
Sebelumnya VW memprediksi ada penurunan pasar China antara 3-15 persen di tahun 2020 ini. Meski begitu, merek Jerman ini menanamkan investasi baru sebesar USD 4,4 miliar atau setara Rp 72 triliun. Di mana 40 persen di antaranya akan digunakan untuk pengembangan mobil listrik.
"Kami berasumsi bahwa pemulihan akan berlanjut dan bahwa kami akan beroperasi secara normal lagi pada 2021," tukas Woellenstein.
(rip/din)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?