Profesi driver taksi online sangat terpukul dengan adanya virus corona (COVID-19) yang kini menjangkit Indonesia. Gara-gara virus corona, aktivitas masyarakat di luar rumah dikurangi. Orderan taksi online pun sepi.
Demi mencegah penyebaran virus corona, masyarakat diminta untuk menerapkan jaga jarak sosial atau social distancing. Aktivitas perkantoran pun dikurangi dengan cara kerja dari rumah atau work from home (WFH). Karena banyak yang WFH itulah pendapatan taksi online turun drastis.
"Yang tadinya kita bisa mendapatkan 10-17 order per hari, saat ini paling hanya 1, paling banyak 5 atau 6. Sangat parah menurut kami," Ketua Umum Asosiasi Driver Online (ADO), Wiwit Sudarsono, kepada detikOto, Selasa (24/3/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Wiwit, pada hari-hari normal biasanya driver taksi online mendapat pemasukan Rp 350 ribu sampai Rp 500 ribu per hari. Dengan berkurangnya orderan, pemasukan taksi online paling banyak hanya Rp 200 ribu sehari.
"Karena orang bepergian paling dari rumah ke rumah sakit terdekat atau ke mana, tidak jauh-jauh. Kalau keadaan normal bisa dari Bekasi ke Bandara (Soekarno-Hatta), sekarang bandara saja sama sekali nggak ada order," ujar Wiwit.
Di masa-masa seperti ini, taksi online bisa dibilang lebih terpukul dibanding ojek online. Soalnya, ojek online punya strategi lain saat orderan penumpang sepi dengan beralih melayani antar makanan maupun barang. Sementara taksi online tidak ada layanan lain di luar tumpangan orang.
"Karena roda empat (taksi online) berhubungan dengan orang langsung, sehingga tidak ada strategi lain. Meskipun ada yang tidak online kemudian merentalkan mobilnya, tapi orang bepergian juga berkurang. Nggak ada solusi lain untuk roda empat ini. Sehingga kami mengharapkan kepada pemerintah membuat kebijakan secara tertulis," katanya.
Untuk itu, ADO berharap bantuan kepada pemerintah. ADO juga sudah menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tiga permintaan khusus, terutama yang meringankan driver taksi online.
"Pemerintah membuat kebijajan resmi yang khusus untuk para pekerja di sektor transportasi online. Karena dengan kebijakan melalui WFH itu nggak mungkin kami lakukan, karena kami bekerja di jalanan. Sehingga program-program pemerintah yang berhubungan dengan kita diharapkan direalisasikan. Contoh misalnya presiden menginstruksikan atau meminta kepada aplikator untuk sementara meniadakan potongan 20% dari aplikator, sehingga dengan sepinya order ini betul-betul murni untuk pendapatan driver untuk membiayai hidup sehari-hari di rumah, paling tidak sampai kondisi normal," ucap Wiwit.
"Pemerintah juga menerbitkan kebijakan secara tertulis terkait cicilan kendaraan, untuk sementara pembiayaan tidak melakukan penagihan terhadap angsuran kendaraan teman-teman (driver taksi online). Dan juga mungkin seperti asuransi, itu juga iurannya tolong ditunda dulu," tambahnya.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP