Kecelakaan Tak Pernah Turun, Pengamat: Setop Produksi Motor 80 cc ke Atas

Kecelakaan Tak Pernah Turun, Pengamat: Setop Produksi Motor 80 cc ke Atas

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Minggu, 01 Mar 2020 16:15 WIB
Usai libur Lebaran, lalu lintas Jakarta kembali macet. Seperti terlihat di Jalan Jenderal Basuki Rachmat, Jakarta Timur, Senin (25/6/2018).
Kecelakaan yang melibatkan sepeda motor masih banyak. Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Kecelakaan lalu lintas tak pernah turun. Pengendara sepeda motor banyak menjadi korban.

Pengamat transportasi yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menyoroti angka kecelakaan sepeda motor yang tak pernah turun. Menurutnya, melihat data lebih dari 10 tahun terakhir ini angka kecelakaan lalu lintas pengguna sepeda motor tidak pernah turun.

"Kenyataannya meningkat terus, walaupun berbagai upaya sudah dilakukan. Namun, upaya yang dilakukan belum tepat sasaran alias tidak mengena pada akar masalahnya. Akar masalahnya adalah Kementerian Perindustrian telah menciptakan kapasitas silinder sepeda motor di atas 80 cc tanpa mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan keselamatan. Hanya bertujuan menciptakan sepeda motor yang akan laris dan pendapatan negara meningkat," kata Djoko dalam pernyataan tertulisnya yang disampaikan kepada detikcom, Minggu (1/3/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disebutkan, tingginya angka kecelakaan lalu lintas berkaitan dengan sepeda motor membuktikan pengendara sepeda motor berisiko tinggi mengalami kecelakaan lalu lintas. Ia pun meminta agar produksi motor dengan kapasitas 80 cc ke atas disetop.

"Ditjenhubdat perlu mengevaluasi uji tipe yang telah diberikan untuk sepeda motor di atas 80 cc. Hentikan produksi sepeda motor berkapasitas lebih dari 80 cc," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Kenapa harus dihentikan? Djoko melanjutkan, sejak 2005 produksi sepeda motor meningkat pesat. Apalagi dengan adanya dukungan kebijakan fiskal dari OJK dan Bank Indonesia dengan dibolehkan uang muka (down payment) pembelian sepeda motor sebesar 30%.

"Bahkan tanpa uang muka, itu sangat membantu penjualan sepeda motor laris manis. Sebelum tahun 2005, produksi sepeda motor kisaran 2 juta-3 juta per tahun. Tahun 2005, mulai bangkit dan produksi besar-besaran sepeda motor kisaran 7 juta-8 juta unit kendaraan bermotor setiap tahunnya," sambungnya.

"Agak aneh, ketika akan membeli secara tunai justru dipersulit, akan tetapi membeli secara angsuran dilayani dengan mudah dan cepat. Artinya, bisnis sepeda motor telah menghidupkan banyak sektor. Akan tetapi tanpa disadari beban publik bertambah. Cuma publik tidak terasa, karena mengangsur setiap bulan. Jika ditotal keseluruhannya akan besar jumlah uang yang dibelanjakan ketimbang dengan melunasi di muka," ucapnya.

Masalah lain dari membludaknya jumlah sepeda motor, kata Djoko, adalah polusi udara. Di perkotaan, kata Djoko, 80% tingkat polusi udara dihasilkan oleh asap knalpot kendaraan bermotor.

"Ditambah kesemrawutan berlalu lintas, tidak mau taat aturan berlalu lintas dengan melawan arus, melintas di atas trotoar, berhenti melewati batas garis henti di persimpangan, tidak menggunakan helm," kata Djoko menyebutkan masalah yang timbul karena membludaknya sepeda motor.

Djoko mengutip buku Potret Lalu Lintas di Indonesia tahun 2019. Faktanya populasi kendaraan bermotor seluruh Indonesia pada tahun 2018 adalah 141.428.052 unit dan 81,58 persen populasi kendaraan bermotor adalah sepeda motor. Dominasi sepeda motor ini, menurutnya, meningkatkan faktor risiko keterlibatan sepeda motor pada kejadian kecelakaan lalu lintas.

Di sepanjang tahun 2018, dari 196.457 kejadian, 73,49 persen kecelakaan lalu lintas jalan melibatkan sepeda motor. Persentase keterlibatan ini jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis kendaraan lainnya.



Simak Video "Video: Viral Oknum Patwal di Puncak Pepet Pemotor Berujung Pencopotan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads