Mobil Kecil Jarang Gunakan Ban Vulkanisir, Ini Alasannya

Mobil Kecil Jarang Gunakan Ban Vulkanisir, Ini Alasannya

- detikOto
Rabu, 26 Feb 2020 08:46 WIB
Servis medium mobil kena banjir di Auto2000 Cilandak, Jakarta, Jumat (3/1/2020).
Ban vulkanisir untuk mobil penumpang jarang ditemui. Foto: Luthfi Anshori
Jakarta -

Bagi sebagian pengendara mungkin sudah mengetahui apa itu ban vulkanisir. Namun buat yang belum mengetahui apa itu ban vulkanisir, detikcom coba menjelaskan secara sederhana. Ban vulkanisir adalah ban bekas yang dilapisi kembali untuk dijual. Tapi ternyata, ban ini jarang digunakan kendaraan kecil atau kendaraan penumpang.

Seperti yang disampaikan Manager Training PT Sumi Rubber (Agen Pemegang Merek Dunlop di Indonesia-Red), Bambang Hermanu, di Cikarang, Jawa Barat.

"Ban vulkanisir boleh ga sih ya? Kalau kendaraan kecil hampir tidak ada ban vulkanisir. Kenapa begitu? Karena harga ban mobil kecil atau mobil penumpang itu relatif murah dan tidak mahal," kata Bambang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian Bambang mengakui saat ini ban vulkanisir masih digunakan oleh kendaraan-kendaraan komersial atau bus dan truk.

ilustrasi ban trukilustrasi ban truk Foto: jasa marga

"Kalau ban vulkanisir saat ini banyak digunakan truk dan bus ada vulkanisir. Walaupun departemen perhubungan, untuk angkutan penumpang dan barang tidak boleh menggunakan ban vulkanisir per 2015, tapi sampai hari ini masih banyak yang nakal. Karena nilai ekonomisnya sangat besar," ujar Bambang.

ADVERTISEMENT

Dalam pemberitaan detikcom sebelumnya, ban vulkanisir yang biasa diperjualbelikan jika diperhatikan memiliki perbedaan dengan ban baru biasanya. Perbedaan tersebut cukup mudah dilihat dan dijelaskan langsung oleh Departemen Training and Sales PT Sumi Rubber Indonesia, Ibnu Baskoro saat ditemui di Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Ada bedanya ban vulkanisir, jelas sekali. Biasanya ada celah pada bagian sidewall sampai bagian cap itu berbeda," kata Ibnu.

Ibnu melanjutkan cara melihat perbedaan ban vulkanisir bisa dari warnanya. Ban bekas dengan lapisan baru akan terlihat gradasi warnanya.

"Pertama bisa dilihat dari sisi warna karena compoundnya tidak homogen karena tidak sama diciptakan," ujarnya.

Selain itu bentuk tapak baru akan jauh berbeda dengan ban bekas lama.

"Kedua telapaknya jauh berbeda dengan telapak asli, itu mencirikan ban vulkanisir," lanjut Ibnu.

Ban sepeda motor sendiri praktek seperti Vulkanisir disebut dengan istilah batik. Pada ban motor bekas atau lama yang sudah aus akan diukir kembali untuk membuat alur baru.

"Untuk sepeda motor disebut dengan batik, jadi ban yang sudah botak dikerok lagi bagian tengahnya," ungkap Ibnu.

Penggunaan ban seperti bukan tidak memiliki kerugian pada penggunanya. Mulai dari sisi umur dan keamanan. Alasannya ban hasil 'reproduksi' tersebut karetnya lebih tipis dan usia karet lebih tua.

"Karet jadi lebih tipis dan usia pakai lebih pendek. Risikonya pertama kita membeli mahal ban bekas, kedua usia pakai akan jauh lebih pendek, ketiga compoundnya sudah tidak mumpuni untuk mencengkeram aspal yang artinya pasti akan lebih licin seiring dengan usia yang lebih, sehingga karetnya lebih keras," pungkas Ibnu.


Hide Ads