Dorongan penggunaan komponen lokal juga menyasar para pemain baru di dunia otomotif RI. Misalnya produsen asal China, Wuling. Dua tahun kiprah Wuling di Indonesia pabrikan berlogo lima berlian itu mengaku 55 persen komponen mobilnya sudah menggunakan komponen dalam negeri khususnya pada model Confero.
Sedangkan untuk model lain, sebagian besar masih menggunakan komponen yang didatangkan dari luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Tak hanya Wuling, mobil merek nasional yang baru lahir pun demikian. Menyandang gelar sebagai merek nasional penggunaan komponen lokal pada Esemka diharapkan bisa mencapai 100 persen.
Meski belum bisa 100 persen menggunakan komponen lokal, setidaknya 60 persen komponen penyusun mobil perdananya pick-up Bima dibuat di dalam negeri.
"Yang penting kita melihat isian lokalnya ada nggak itu, yang penting kita pahami. Sudah 60 persen, muffler sudah dibuat di sini, sasis, ban, pelatnya sudah pelat lokal wah saya pikir ini kemajuan yang oleh pemain lokal dan brand-brand dalam negeri, mereka sudah menggunakan komponen lokal," Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin Harjanto beberapa waktu lalu.
Jika diperhatikan, memang belum ada mobil yang sepenuhnya dibangun dari komponen dalam negeri. Masih ada beberapa komponen yang belum mampu dibuat di RI. Produsen otomotif besar sekelas Toyota, Honda, dan merek lainnya pun tak ada yang keseluruhan komponennya dibuat di dalam negeri.
Mengambil contoh beberapa model yang sudah eksis lama yakni Innova penggunaan komponen lokalnya 85 persen, Sienta 80 persen, Vios 75 persen, Yaris 75 persen, Fortuner 75 persen, Agya 94 persen, Rush 89 persen, Toyota Town Ace/Lite Ace 87. Kandungan lokal Avanza disamai oleh mobil LCGC Calya yang angkanya tepat 94 persen.
(dry/ddn)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah