Ada beberapa tips yang bisa dilakukan detikers sebagai pengendara kala menghadapi situasi semacam itu. Paling utama adalah merencanakan waktu perjalanan.
Baca juga: Apa Iya Nyetir Pakai Sendal Jepit Berbahaya? |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merencanakan waktu perjalanan bisa dilakukan dengan memantau kapan turunnya kabut asap tersebut. "Pilih waktu perjalanan di mana titik-titik asap tersebut berkurang intensitasnya. Misal asap cenderung naik di siang hari, maka itu pilih perjalanan di pagi hari," sarannya.
Lalu saat menerobos kabut asap, lakukan juga cara-cara aman berkendara. "Saat masuk area kabut asap, lampu utama dan lampu kabut wajib dinyalakan. Tapi untuk lampu hazard sebaiknya jangan dinyalakan, karena nggak bakal tembus," lanjut Jusri.
Jusri juga menyarankan kepada pengendara mobil untuk selalu membunyikan klakson kendaraan sebagai alat komunikasi. "Sebab dengan membunyikan klakson, bisa memberi isyarat kepada pengguna jalan lain bahwa ada kita di situ. Pengguna jalan lain kan nggak hanya pengendara, tapi ada pejalan kaki juga," katanya lagi.
Terakhir yang juga penting adalah mengatur batas kecepatan berkendara. Tidak ada aturan spesifik mengenai batas kecepatan aman saat melewati jalan penuh kabut asap. Dikatakan Jusri, yang bisa mengatur batas kecepatan aman itu adalah pengemudi sendiri.
"Kalau untuk jalan provinsi itu kan biasanya kecepatan maksimal dibatasi sampai 80 km/jam, namun ketika ada asap kabut kecepatan idealnya adalah 50 km/jam atau di bawah kecepatan itu. Tapi hal ini juga tidak bisa menjadi patokan, karena jarak pandang itu kan yang bisa merasakan pengemudinya langsung. Intinya harus tetap waspada dan jaga jarak aman saat melewati kabut asap," pungkasnya.
(lua/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Motor Boleh Wara-wiri di Jalan Tol Malaysia, Gratis