Baterai Kendaraan Listrik Usang Bisa Kok Dipakai Lagi

Baterai Kendaraan Listrik Usang Bisa Kok Dipakai Lagi

Ridwan Arifin - detikOto
Minggu, 08 Sep 2019 11:15 WIB
Foto: Pool (electrek dan current-news)
Jakarta - Kendaraan listrik saat ini tengah menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Salah satunya persoalan limbah baterai.

Peneliti Pusat Teknologi Material BPPT, Jarot Raharjo mengungkapkan saat ini tengah mengkaji limbah baterai. Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan kembali komponen baterai agar bisa digunakan kembali.

"Jadi kami dari pusat teknologi material kami sudah mengkaji teknologi bagaimana mendaur ulang baterai," kata Jarot di Indonesia Electric Motor Show, Balai Kartini, Jakarta, Kamis (5/9/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Daur ulang baterai, kata Jarot memperbaiki lagi material berharga yang ada di baterai lithium sepeti kobalt, mangan, nikel.

"Itu dari proses yang kami kembangkan nanti itu jadi bisa dikembangkan lagi untuk pembuatan baterai," ujar Jarot.

Penelitian tersebut sudah dilakukan sejak satu tahun yang lalu, bahkan sebelum Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2019 disahkan Jokowi.

Sebab ia menjelaskan baterai merupakan kategori limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) sehingga tidak bisa dilakukan sembarangan.


"Beracun dari elektrolitnya, dari beberapa komponen dan sifat yang mudah meledak," kata Jarot.

Jarot menambahkan dari proses limbah baterai yang dikembangkan dapat membuat baterai lagi. Ada dua yang umum digunakan untuk melancarkan prosesnya, yakni biometalurgi dan hidrometalurgi.

"Biometalurgi itu menggunakan furnis atau smelter yang suhunya tinggi 1.400. Kalau hydrometalurgi kita menggunakan kimiawi untuk memisahkan bahan-bahan yang dari limbah tadi," ungkap Jarot.

Untuk saat ini Jarot mengatakan menggunakan proses hydrometalurgi, namun tidak menutup untuk terus melakukan inovasi ke depan untuk merekomendasikan teknologi yang cocok untuk mengolah limbah baterai.


"Saat ini yang kita purpose menggunakan yang hydrometalurgi, sebaba biometalurgi ini menggunakan sumber panas yang tinggi," kata Jarot.

"Dengan proses hydrometalurgi dengan kimia terentu dia akan dimurnikan menghasikkan nikel, CO bahkan ithium carbonat jadi bisa terpisah-pisah, bahan-bahan itu yang nantinya kita akan oleh lagi menjadi bahan baku baterai," jelas Jarot.




(riar/lth)

Hide Ads