Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) sekaligus Akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Agus Taufik Mulyono dalam Forum Grup Diskusi yang diselenggarakan detikcom bersama Kementerian Perhubungan di Hotel Harris Vertue, Harmoni, Jakarta.
"Belajar dan menilik penggunaan KBL (Kendaraan Berbasis Listrik) sebagai angkutan massal sudah dipergunakan cukup lama oleh negara-negara maju. Seperti kereta cepat TGV, Shinkanzen, dan bus kota listrik," kata Agus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penggunaan KBL sangat cocok untuk diimplementasikan sebagai angkutan massal, terutama di kota-kota besar," tuturnya
Bukan tanpa tantangan, ia mencatat beberapa hal yang masih menjadi isu dalam pengembangan angkutan massal berbasis listrik, salah satunya biaya investasi yang besar, misal untuk bus saat ini harganya bisa 2 kali lipat dibanding bus konvensional.
"(berikan) insentif pajak dan bea masuk justified untuk angkutan umum, yang merupakan kepentingan publik," kata Agus.
Selanjutnya adalah biaya operasional yang lebih besar dengan tarif listrik, solusinya ia menyebut agar operator me-recharge baterai kendaraan pada waktu tertentu. "Pola pengisian listrik angkutan umum biasanya malam hari saat beban jaringan listrik paling rendah," jelasnya.
(riar/ddn)
Komentar Terbanyak
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Cerita di Balik Polisi Kawal Mobil Pribadi Diprotes Pemobil Lain
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar