Warga Kaltim Tak Mau Jalanan Jadi Ruwet Seperti Jakarta

Round-Up

Warga Kaltim Tak Mau Jalanan Jadi Ruwet Seperti Jakarta

Ridwan Arifin - detikOto
Selasa, 27 Agu 2019 07:41 WIB
Warga Kaltim Tak Mau Jalanan Jadi Ruwet Seperti Jakarta
Foto: Zaki Alfarabi/Infografis
Balikpapan - Pemerintah sudah mengumumkan soal pemindahan ibu kota ke luar Pulau Jawa. Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan ibu kota pindah ke Kalimantan Timur (Kaltim) tepatnya sebagian di Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian Kutai Kartanegara.

Jokowi menjelaskan, lokasi itu dipilih karena berada di tengah-tengah Indonesia dan berdekatan dengan kota-kota yang sudah berkembang. Alasan pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur karena ibu kota saat ini, Jakarta, sudah menanggung beban terlalu berat.

Warga Kalimantan Timur menyambut baik pemindahan Ibu Kota Indonesia ke wilayahnya. Namun, warga Kaltim berharap ibu kota baru nanti tak seruwet Jakarta, terutama soal kemacetan lalu lintas. Berikut ulasannya.
Agus Anshori, warga Balikpapan sangat setuju, menurutnya pemindahan Ibu Kota negara ke Kaltim dapat memperlebar ekonomi lebih merata.

"Saya setuju tapi nggak mau di Balikpapan, nanti macet seperti Jakarta. Bagusnya memang makin ramai investor, lapangan pekerjaan juga makin terbuka," ujar Agus saat ditemui detikcom di Balikpapan, Kaltim.

Setali tiga uang dengan Agus, Irul salah satu mahasiswa asal Balikpapan juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya Kalimantan memiliki potensi besar di berbagai sektor, namun ia sendiri menyimpan kekhawatiran.

"Kalau Kaltim jadi ibu kota, pembangunan pasti makin maju, kualitas SDM meningkat. Tapi kalau tidak direncanakan terarah, saya tidak mau macet seperti di Jakarta. Di sini jarak 10 km saja paling 10 menit, di Jakarta?" ujar Irul saat ditemui di kawasan pantai Melawai, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Di Kalimantan Timur, harga mobil baru lebih mahal daripada di Jakarta. Sebabnya, beberapa mobil yang dijual oleh agen pemegang merek memiliki harga on the road yang berbeda-beda di tiap daerah.

Menurut Sales Supervisor Auto2000 Balikpapan, Herry Seftyanto, hal ini disebabkan karena beberapa faktor. Salah satunya adalah biaya pengapalan mobil yang dikirim dari luar pulau Kalimantan, sebab kebanyakan produsen otomotif seperti Toyota membangun pabriknya di pulau Jawa.

"Faktornya pasti biaya kirim operasional, atau orang Toyota bilang itu biaya COGS (Cost of Good Solds). Masuk ke Kalimantan itu kan pasti melalui pengapalan, pasti juga butuh biaya," kata Herry di Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Yang kedua, asuransi dari kendaraan itu sampai diterima di Balikpapan. Nah komponen itu yang membuat harga (mobil di Kalimantan) lebih mahal," sambungnya.

Lebih lanjut, biaya tambahan lainnya yang tidak bisa dihindarkan adalah kebijakan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB) di masing-masing daerah yang tidak sama.

"Tiap daerah beda-beda. Kalau di sini (BBN-KB) sekitar 10 sampai 15 persen. Seperti di Jakarta dan Tangerang sudah beda, padahal sudah area yang pakai pelat B," ujar Herry.

"Seperti di Kalimantan, Balikpapan sama Samarinda beda, Penajam Baru, Grogot juga padahal sama-sama pelat KT," pungkasnya.

Mobil bekas di Kalimantan Timur (Kaltim) disebut lebih mahal dari Jakarta. Hal ini diungkapkan Dedi Regal (28) salah satu sopir rental mobil yang telah lama tinggal di Balikpapan.

"Usaha rental ini dibangun Bapak dari kecil. Sekarang udah sekitar 20 unit mobil. Kemarin baru ngambil mobil Pajero 2013 di Jakarta," ujar Dedi kepada detikcom, Balikpapan, Kaltim, Minggu (25/8/2019).

Dedi mengatakan harga mobil bekas di Jakarta bisa lebih miring daripada mobil bekas yang tersebar di wilayah Kaltim. Meski tidak mengungkap berapa harga yang pasti, namun selisih harganya terbilang cukup besar.

"Pajero itu bisa beda Rp 20 juta," singkatnya.

Dedi sendiri mengatakan kesulitan akan dialami jika ingin mengurus dokumen seperti STNK. Hal itu menyebabkan dirinya harus datang sendiri untuk melakukan perubahan data kendaraan.

"Kan harus ke Jakarta juga, sekarang karena pajaknya masih hidup belum dibalik nama," terang Dedi.

Seperti yang diketahui, perbedaan harga tersebut juga dipengaruhi oleh pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB). Di masing-masing daerah besaran nilai BBN-KB ditetapkan berbeda, sehingga mempengaruhi harga.


Hide Ads