Selain melakukan perbaikan secara fisik terhadap terminalnya, beberapa regulasi pun akan dipertegas termasuk penertiban agen-agen bus yang berada di luar terminal. Agen bus secara tidak langsung membuat aktivitas di terminal berkurang karena penumpang tak perlu menuju terminal untuk menggunakan jasa transportasi. Oleh karena itu ekosistem ekonomi di terminal pun perlahan mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Langkah awal yang diterapkan untuk itu adalah memindahkan transaksi pembelian tiket dari uang fisik ke bentuk digital. Budi mengaku akan mencoba untuk memberikan kesempatan agen untuk mengais rezeki meskipun sebagian besar akan kehilangan mata pencahariannya.
Baca juga: Bus Listrik Bisa Diakali Supaya Bersuara |
"Sekarang kita lakukan semuanya akan kita arah menjadi e-money semuanya. Jadi orang bisa transaksi beli tiket dengan menggunakan uang elektronik. Jadi agen gimana caranya akan diganti dengan menggunakan e-ticketing tapi agen masih bisa hidup, tapi kayaknya mungkin pasti ada yang dikorbankan, mungkin bisa jadi berkurang atau sebagainya," papar Budi.
Budi berharap dengan renovasi terminal Tipe A ini dapat juga menumbuhkan perekonomian sekitar. Supaya ekositemnya tercipta, fasilitas terminal perlu ditingkatkan sehingga banyak masyarakat yang datang ke terminal.
"Kemudian di dalam konsep performance dari terminal itu sekarang kita coba make use artinya terminal itu tidak hanya untuk terminal saja, ada ekosistem bisnisnya, entertaint, lifestyle masyarakat, seperti di Lampung ada cafe di sana karena di sekitarnya mahasiswa," pungkas Budi.
(rip/rgr)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP