Rugi Sampai Rp 11 T, Merek Mobil Imut Smart Mau Disuntik Mati?

Rugi Sampai Rp 11 T, Merek Mobil Imut Smart Mau Disuntik Mati?

Rizki Pratama - detikOto
Kamis, 28 Mar 2019 12:40 WIB
Foto: dok detikOto
Stuttgart - Merek mobil imut keluaran Daimler, smart, sudah di ujung tanduk. Mobil yang bikin heboh di akhir 90-an dan juga sempat datang ke Indonesia itu sudah dipasarkan di lebih 40 negara.

Namun demikian masa depan mobil ini sedang dipertanyakan apakah masih akan dijual atau tidak.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di masa keemasan SUV dan Crossover ini membuat hampir tidak ada orang yang tertarik dengan mobil mini seperti smart yang justru merugikan keuangan perusahaan induknya, Daimler.

Sebuah agensi riset, Evercore ISI memperkirakan setidaknya Daimler mengalami kerugian sebesar USD 565 juta hingga USD 792 juta atau setara Rp 8 triliun hingga Rp 11 triliun.

Sejak pertama dikenalkan, miliaran dolar telah digelontorkan Daimler untuk mobil ini. Bahkan beredar rumor mobil ini akan lenyap dari peredaran dalam kurun waktu 5 tahun.



Melalui media bisnis Jerman, Handelsblatt, CEO terbaru Daimler, Ola Kallenius yang menggantikan Dieter Zetsche pun tidak ada keraguan untuk menyuntik mati smart jika diperlukan.

smart fortwo cityflamesmart fortwo cityflame Foto: dok detikOto


Usaha terakhir Daimler untuk membuat smart menghasilkan keuntungan adalah memproduksi Smart sebagai mobil listrik saja. Seluruh lini produksi model dari Daimler yang menggunakan mesin pembakaran internal pun akan segera berganti dengan versi elektrik di masa mendatang. Namun bagaimanapun proses ini akan menelan biaya yang sangatlah besar.

smart fortwo bertenaga listriksmart fortwo bertenaga listrik Foto: Pool (Carscoops)


Selain itu Renault juga sedang mempertimbangkan untuk memutuskan hubungannya dengan Daimler dalam mengembangkan smart dan Renault Twingo. Daimler tidak memiliki pilihan yang lebih baik selain mencabut nyawa dari smart itu sendiri.

"Kami tidak melihat bagaimana bisnis microcar Jerman bisa menghasilkan keuntungan, alasannya jelas sekali karena biaya yang terlalu tinggi," tulis Evercore dalam hasil risetnya.


(rip/ddn)

Hide Ads