bermesin hybrid, menggabungkan kedua sistem mesin tersebut. Jadi sambil menunggu regulasi kendaraan listrik rampung dan infrastruktur pendukungnya lengkap, mobil hybrid jadi salah satu solusinya.
Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa mobil hybrid yang dipasarkan pabrikan besar. Salah satunya adalah Toyota Astra Motor yang pada awal 2019 lalu sudah merilis Camry hybrid versi terbaru, dengan torehan konsumsi bahan bakar yang disebut-sebut sanggup mencapai angka 24 km/liter.
Baca juga: Tren LCGC 5 Seater Sudah Lewat |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertanyaannya, jika nantinya mesin hybrid sudah bisa digunakan di mobil crossover maupun MPV, apakah mesin hybrid ini juga realistis jika dipasang di mobil LCGC?
"Mungkin kalau hybrid saya nggak mau sebut, karena hybrid kan berbeda dengan LCGC ya. Pastinya butuh platform dan teknologi yang baru. Kami saat ini belum bisa komentar, karena produknya juga memang belum ada," kata Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandi, kepada wartawan di Menteng, Jakarta Pusat, belum lama ini.
Baca juga: Daihatsu Uji Ayla Turbo |
Meski menurutnya mesin hybrid kurang cocok dipakai di mobil LCGC, Anton menilai mesin hybrid tetap perlu dimasukkan ke mobil dengan segmen pengguna yang lebih besar.
"Pastinya lah, karena kan pemerintah juga mintanya 20 persen, nggak main-main. Pasti ini harus masuk ke segmen yang besar, nggak bisa kayak ke sedan gitu. Bisa ke segmen besar misalnya MPV, SUV, atau hatchback," lanjut Anton.
Baca juga: Menguji SUV Pertama Wuling Lintas Kota |
"Kami belum bisa bicara soal LCGC (hybrid), tapi kalau berbicara hybrid di segmen apapun, di Jepang mungkin selain Prius hybrid, itu kan sudah lebih dari 20 tahun ya. Jadi ini memang bukan teknologi baru, tinggal bagaimana menyesuaikan dengan platform dan engine durability-nya," katanya lagi.
"Misalnya Camry yang baru, sudah memiliki platform TNGA. Kemudian baterai juga sudah generasi yang terbaru, di situ pasti sudah disesuaikan dengan daya tahan, kondisi suhu di Indonesia, karena kan di Indonesia suhunya lebih panas, karakter mengemudinya juga stop and go, itu bedanya dari negara lain," pungkas Anton. (lua/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?