-
Dahulu, mungkin banyak orang yang menjadikan bus kota seperti PPD dan Mayasari Bakti sebagai teman sehari-hari. Semakin hari, bus kota tanpa AC tersebut semakin renta. Kini, bus kota berkarat tersebut tak boleh beredar lagi di jalanan ibukota.
Bus berkelir putih ala Perum Perusahaan Pengangkutan Djakarta alias PPD dulu sering kita lihat di jalanan Jakarta. 'Batang hidungnya' tak lagi terlihat sekarang.
Satu bus putih penuh kenangan itu masih terparkir menyendiri di pojok lahan parkir yang menampung 62 bus TransJakarta di pool PPD Depok, Jawa Barat. Bus tak terawat itu terlihat penuh coret dan karat.
Kirman, penanggung jawab bengkel pool PPD Depok yang sudah 28 tahun mengabdi di PPD, menyebut sekarang tidak ada lagi bus yang bobrok seperti dulu. Kini, PPD beralih fokus untuk melayani penumpang bus Transjakarta. Di pool PPD Depok ini bisa tertampung 62 unit bus Transjakarta berkelir biru.
"Di sini ada 62 bus TransJakarta terparkir setiap harinya," kata Kirman kepada detikOto.
Tak cuma PPD, Mayasari Bakti pun mulai beralih fokus untuk melayani penumpang Transjakarta. Bus reguler Mayasari Bakti yang kental dengan warna hijau mulai berkurang.
Kirman menyebut, sekarang bus PPD sudah diremajakan. Peraturannya sudah begitu. Bus-bus tua sudah dilarang beroperasi.
"Di sini hanya tersisa satu (bus tua) di pojok sana, dan tidak dipakai," kata Kirman menunjuk bus putih berkarat.
Kirman mengatakan sudah banyak pembenahan di sistem manajemen dan armada. Beda dengan dahulu yang terkesan jorok, perawatan armada kini sudah dipegang langsung oleh Agen Pemegang Merk (APM).
"Perawatan bus sekarang tidak seperti dulu, sekarang ada tim mekanik yang langsung dari Hino (APM), pengawasan juga langsung dari pusat," ujar Kirman.
"Sekarang tugas saya memastikan keluhan dari sopir seperti apa, baru ditindaklanjuti," singkat Kirman.
Lebih lanjut, Kirman juga berujar saat ini hampir tidak ditemukan sopir bus yang seenaknya. "Budaya kerjanya sekarang tidak lagi mikirin setoran, lebih rapi sudah memiliki seragam," tutup Kirman.
Kini di badan bus PPD sudah terpampang nama besar perusahan BUMD TransJakarta. Itu menjadi tanda bahwa PPD sudah menjalin kerja sama.
Pun demikian dengan kondisi lapangan, hanya menyisakan satu bus PPD yang sudah karatan, terdapat coretan, bangkunya pun sudah usang, sehingga dipensiunkan.
Kirman menjelaskan satu pool PPD di wilayah Depok ini mampu menampung bus hingga 62 unit, melayani rute TransJakarta dan TransJabodetabek.
Tak hanya PPD, Perusahaan Otobus Mayasari Bakti kini mulai menjalin kerja sama dengan PT TransJakarta. Asisten Direktur Operasi PT Mayasari Bakti Ahmad Zulkifli mengungkapkan saat ini jumlah armada bus kota reguler Mayasari Bakti secara bertahap akan dikurangi dan lebih mengarah kepada penambahan bus TransJakarta.
"Pemerintah mengharuskan kita berada di bawah naungan manajemen Transportasi Jakarta. Artinya ada penataan yang dilakukan pemerintah dalam hal ini untuk melakukan revitalisasi angkutan," ujar Akhmad Zulkifli kepada detikOto di kantor Mayasari Bakti, Cijantung, Jakarta Timur, Selasa (19/02/2019).
Bukan tanpa sebab, Akhmad mengatakan manajemen Standar Pelayanan Minimal (SPM) Transjakarta saat ini dinilai lebih baik sehingga bisa melayani penumpang dengan maksimal. Sehingga, ada penyeragaman dari sisi manajemen. "Kemudian ada Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Gubernur, nah ini kan perlu satu atap, mau tidak mau Mayasari harus ikut," kata Akhmad.
Ia mengatakan saat ini untuk biaya perawatan dengan tarif bus reguler sangat tipis harapan. Meminjam istilahnya seperti mati suri, masyarakat sudah pintar memilih transportasi yang murah namun dengan fasilitas lumayan memadai.
"Yang regular kita sudah mati suri, artinya dengan masuknya busway ke penyanggah kota dengan disubsidi, kemudian pelayanan mereka lebih bagus, harga yang murah," kata Akhmad.
Meski sedang mati suri, saat ini PO Mayasari Bakti masih melayani sejumlah trayek untuk masyarakat. Namun, kata Akhmad, dalam waktu dua hingga tiga tahun ke depan, semuanya mengarah ke Transjakarta.
Peremajaan bus regular rasanya tidak bakal dilakukan, bahkan bus-bus tua yang tidak layak jalan akan berakhir menjadi besi tua.
"Pola yang kita lakukan kemarin-kemarin adalah kita tawarkan kepada pihak yang mau membeli apa adanya. Sementara yang sudah tidak operasi dibesituakan, istilahnya di-scrap atau potong kiloan misal dibeli borongan Rp 15 juta-Rp 20 juta," kata Akhmad.
Akhmad mengatakan dari 1.500 bus reguler yang sempat dimiliki Mayasari Bakti, kini hanya tersisa 500 unit bus. "70 persen dari 500 masih beroperasi," ujar Akhmad.
"Bus kita usianya sudah harus pensiun, hanya menjangkau penumpang saat pagi dan sore. Walaupun seperti itu tetap melakukan pelayanan terbaik ke masyarakat, mengutamakan keselamatan dan kenyamanan," kata Akhmad.
Soal keamanan bus reguler ia menuturkan setiap enam bulan sekali selalu melakukan uji KIR. "Unit Pelayanan Pengujian Kendaraan Bermotor (PKB) Pulogadung ada standarisasi, Uji KIR tidak akan meloloskan jika tidak sesuai standar, kita secara berkala melakukan pengujian setiap enam bulan sekali," kata Akhmad.
Sedari tahun 2016, sebagian armada milik Mayasari Bakti mulai tergabung dengan PT Transportasi Jakarta. Kata Akhmad, Mayasari Bakti saat ini memiliki dua divisi, yakni divisi Transjakarta dan divisi reguler. Divisi reguler melayani trayek-trayek yang selama ini beroperasi, artinya tidak berada di bawah manajemen Transjakarta.
"Divisi Busway ini kita bekerja sama dengan PT Transportasi Jakarta. Untuk divisi busway ini punya dua pool, berada di Cijantung dan Klender, memiliki jumlah 279 unit khusus untuk Busway. Kita menggunakan dua merek dari Eropa, yaitu Scania dan Mercedes-Benz," kata Akhmad.
Ia kemudian menuturkan kondisi pasar bus kota saat ini seperti mati suri. Mulai banyak masyarakat yang pintar untuk memilih moda transportasi yang lebih baik.
Berangkat dari hal tersebut, Mayasari Bakti berencana mengubah semua armada bus kotanya untuk berada di bawah naungan PT Transjakarta yang dinilai memiliki manajemen lebih baik.
"Lambat laun tapi pasti semua akan terintegrasi dengan Busway tinggal menunggu regulasi dengan pemerintah," kata Akhmad.
"Kita sedang melakukan proses yang reguler akan mengarah ke sana (menjadi bus Transjakarta). Dua atau tiga tahun lagi semua reguler sudah bergabung," ujar Akhmad.
Kata Akhmad, pihaknya menginginkan agar masyarakat yang menggunakan angkutan umum mendapat kendaraan yang layak dan baik, terutama harga tiket terjangkau.
"Mau tidak mau kita harus ganti kulit. Kita bakalan mati, bisa dibayangkan dengan tarif Rp 3.500 bisa keliling dan transit, artinya dari marketing saja sudah jauh," ujar Akhmad.
"Dengan tarif Rp 3.500 sudah dapat subsidi, mobil bagus, kinclong ada SPM yang harus diikuti oleh operator. Artinya memastikan bahwa produk yang digunakan pengguna jasa adalah sebuah produk yang sudah ada standarisasinya, tidak asal-asalan," tambah Akhmad.
Bagi sebagian masyarakat, memiliki kendaraan tidak hanya sekedar untuk menunjang mobilitas semata tetapi berfungsi juga untuk menunjukkan status individu di dalam masyarakat.
Ternyata faktor inilah menurut Asisten Direktur Operasi PT Mayasari Bakti Ahmad Zulkifli menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah untuk mengajak masyarakat agar dapat beralih ke transportasi umum.
"Sebenarnya langkah-langkah pemerintah sudah cukup bagus. Cuma memang menurut survei pemasaran, karakter orang Indonesia masuk ke-10 besar yang memiliki gengsi tinggi," kata Akhmad.
"Orang yang naik mobil walaupun kelas standar, mereka tidak mau naik angkutan umum harus berdesakan. Pemerintah sekarang juga berupaya bahkan menjangkau busway masuk ke pinggir kota," kata Akhmad.
Ia kemudian menilai program pemerintah yang mencanangkan konektivitas antar-moda dan pembangunan infrastruktur belakangan ini terbilang sangat bagus.
Namun terlihat sulit untuk mengubah paradigma masyarakat yang sudah mengakar kuat mengenai transportasi umum, terlebih bagi mereka yang tidak biasa berdesakan.
"Tetapi hal itu bisa disiasati sebetulnya, ketika layanan angkutan umum sudah memiliki SPM (Standar Pelayanan Minimal). Tetapi bicara langkah-langkah pemerintah sudah cukup bagus, tinggal bagaimana dilakukan terobosan ke depannya, soal kenyamanan," ujar Akhmad.
"Sekarang bisa dibilang belum efektif dan kurang nyaman. Bisa dilihat terkadang penumpang harus umpel-umpelan," kata Akhmad.
Babak baru industri otomotif di Indonesia mulai merambah ke bus listrik. Bahkan di awal tahun 2019, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) mulai bermain dengan bus listrik.
Mayasari Bakti menilai memiliki armada bus listrik bukanlah suatu hal yang mustahil.
"Kalau ini merupakan regulasi pemerintah kita akan welcome, artinya bus listrik adalah keniscayaan, tapi perlu diperhatikan bagaimana infrastruktur ini harus disiapkan," ungkap Akhmad.
"Semua tidak ada yang tidak mungkin, kita pastinya ikut berkontribusi bagaimana masyarakat bisa ikut menikmati seluruh kemajuan," tutur Akhmad.
Akhmad kemudian mengisahkan bagaimana sebelumnya Mayasari Bakti bercita-cita memiliki bus gandeng yang saat ini melayani penumpang Transjakarta.
"Dulu kita berangan-angan ingin punya bus gandeng hari ini kita bisa mencapainya," kata Akhmad.
Namun dirinya masih menimbang soal infrastruktur dan aftersales ketika armada PO Mayasari Bakti sudah memiliki bus listrik.
"Banyak aspek kalau kita mau terjun ke operasional terutama dari sisi maintenance apakah infrastruktur, SDM, alih teknologi sudah siap," kata Akhmad.
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?