Seperti konvoi mobil Lamborghini di Denpasar, Bali, pada pekan lalu misalkan. Dikawal beberapa polisi, jalan Bypass Ngurah Rai 'dibersihkan' sehingga rombongan mobil mewah itu bisa lewat tanpa hambatan.
Menanggapi hal ini, Ikatan Motor Indonesia (IMI) melihat bahwa ada dilema pada para pengendara maupun pemilik kendaraan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini kondisi atau dilema motor besar (moge dan sejenisnya) itu cukup banyak. Problemnya adalah mereka memiliki ego yang tinggi karena kita tahu pemilik motor besar adalah orang yang mapan, mempunyai kedudukan, dan jabatan," ujar Sekjen IMI, Jeffrey JP saat di Kantor IMI, Manggarai, Jakarta Selatan.
Namun arogansi itu bisa dikendalikan tergantung siapa yang memimpin dan mengarahkan komunitas tersebut. Ketua komunitas baiknya bisa mengarahkan anggotanya untuk memberikan citra positif di mata masyarakat.
"Mengenai arogansi itu kembali pada ketua komunitas bagaimana ia mengarahkan secara positif anggotanya itu, kan akan merusak image mereka juga," lanjut Jeffrey.
Meskipun demikian, Jeffrey juga mengungkapkan bahwa saat ini sudah mulai jarang terlihat arogansi serupa jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. IMI sendiri berusaha terus mengarahkan anggotanya untuk menghilangkan citra geng motor yang dimaknai negatif.
"Kalau sekarang sudah berkurang, kalau dulu memang seperti jalan sudah seperti dibeli sendiri. Kita sekarang juga sedang menggalang klub motor untuk menghilangkan image geng motor," tutupnya. (rip/ruk)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!