Tentu ini menjadi perhatian para pelaku industri, khususnya para produsen bus dan truk di Indonesia. Karena bukan rahasia lagi, bahwa para pelaku bisnis bus dan truk-lah yang kerap mengkonsumsi bahan bakar diesel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang-kan B20, pemerintah sudah mengarah B30, jadi kita jalani dulu. Untuk komentar B100 saya belum bisa kasih komentar apa-apa, karena tahun ini baru tes bahan bakar B30. Dan ini, sedang kita ingin jalani dengan Departemen Perindustrian," ujar Duljatmono.
"Jadi untuk B100 saya belum tahu, seperti apa, spesifikasinya seperti apa," tambahnya.
Duljatmono juga menambahkan, jika memang benar-benar sudah ada bahan bakar B100, Pemerintah harus memberi kesempatan untuk para produsen untuk melakukan pengujian, agar bahan bakar ini bisa diserap dengan baik oleh para pabrikan.
"Tapi pengujian juga perlu jika sudah ada B100-nya, bisa atau nggaknya. Tapi saat ini belum bisa kasih komentar, kita bertahap dahulu saja, seperti rencana sekarang untuk pengujian B30. Kalau ada perubahan lagi, perlu didiskusikan terlebih dahulu, detail B100 seperti apa, gambaran apa, spesifikasi bahan bakarnya seperti apa," ujarnya.
"Terus terang ini perlu para ahli dan pelaku otomotif, karena perlu dibicarakan dan diskusi terlebih dahulu," tambahnya.
Simak juga video 'Bidik Perhatian Investor, 6 BUMN Gandeng Surveyor Indonesia':
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah