Ahli Teknik Ketenagalistrikan ITB Agus Purwadi mengatakan kontur Bandung yang berbukit membuat efisiensi penggunaan Kinetic Energy Recovery yang biasa digunakan mobil-mobil hybrid. Saat mobil melaju naik turun dan melakukan pengereman, energi dari panas pengereman bisa ditransfer menjadi energi yang disimpan di baterai mobil.
Baca juga: Plus Minus Kendaraan Listrik di Indonesia |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk Bandung yang relatif kecil, Agus mengatakan jarak 50 km merupakan rata penggunaan sehari-hari kendaraan bermotor. Oleh karena itu cukup untuk sekali pengisian kendaraan listrik.
"Untuk kasus Bandung jarak daily 50 km itu sudah jauh, radiusnya kecil jadi efisiensi lebih tinggi. Beban AC relatif lebih ringan dibanding Jakarta dan Surabaya sedangkan kemacetan hampir sama," kata Agus.
Mengenai pengisian ulang energi kendaraan listrik berteknologi Kinetic Energy Recovery bisa mencapai pengisian hingga 65 persen. Percobaan tersebut dilakukan antara Subang ke Tangkuban Perahu menggunakan Toyota Prius.
"Dari Subang ke Tangkuban Perahu bisa gain 65 persen energi dalam waktu singkat. Prius 8kwh baterainya menurut kami untuk pemakaian dalam kota ini sangat cukup untuk plug in ini," pungkas Agus.
Jepang Dorong Kebijakan Kendaraan Listrik Indonesia
Sementara itu Jepang sebagai pemasok mobil yang besar di dunia turut berusaha untuk memaksimalkan kendaraan ramah lingkungan. "Jepang sebagai pemasok mobil di dunia bertanggung jawab pada industri otomotif dengan pasokan 30 persen kendaraan di dunia. Untuk itu Jepang berupaya memaksimalkan kendaraan ramah lingkungan secara global," ujar Deputy Director General METI, Yoji Ueda dalam kesempatan tersebut.
Ueda sendiri mengungkapkan Jepang sendiri sudah memiliki rencana jangka panjang hingga tahun 2050 mengenai industri otomotif. Jepang menargetkan pengurangan sebesar 80 persen emisi gas dan rumah kaca yang mana dari mobil penumpang berkurang hingga 90 persen.
"Tahun lalu Jepang telah menyusun strategi terhadap persoalan yang sedang dihadapi pada pertemuan strategi era baru kendaraan dengan sasaran jangka panjang hingga tahun 2050 emisi gas dan rumah kaca yang dipasok jepang akan berkurang sebesar 80 persen. Khususnya untuk mobil penumpang akan berkurang sampai 90 persen," lanjut Ueda.
Ueda yakin EV nol emisi sangat efektif untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk masyarakat di masa depan. Oleh karena itu pemerintah negara membangun kebijakan untuk kendaraan listrik.
"EV nol emisi dalam rumah kaca merupakan cara efektif untuk masyarakat di masa depan. Saat mempertimbangkan emisi rumah kaca dari bahan bakar sampai mengemudi Well to wheel akan mempengaruhi komposisi pasokan listrik di negara tersebut. Ini penting untuk membangun kebijakan promosi kendaraan listrik yang mempertimbangkan kebijakan energi di setiap negara," tutur Ueda.
Simak video saat 'Kementerian ESDM Dorong Implementasi Kendaraan Listrik di RI':
(rip/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah