Jakarta menjadi kota termacet keempat di dunia. Pengemudi mobil di jam sibuk di Jakarta bahkan menghabiskan 63 jam karena kemacetan.
Kemacetan sebenarnya banyak ruginya. Rugi secara materi karena bahan bakar lebih boros, menuju tempat tujuan terlambat dan lain-lain. Tak cuma itu, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa kemacetan bisa mempengaruhi kesehatan seseorang. Kok bisa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut CNN, sebuah studi tahun 2012 oleh Washington University di St. Louis mencatat bahwa perjalanan yang lebih panjang dikaitkan dengan berat badan yang lebih tinggi, tingkat kebugaran yang lebih rendah dan tekanan darah lebih tinggi. Semua itu berkaitan dengan penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.
Penelitian itu juga mencatat, terpapar dalam kemacetan setiap hari dapat menyebabkan stres kronis yang lebih tinggi. Salah satu pemicu stres saat macet adalah ketidaksabaran, harus menunggu lalu lintas bergerak.
"Ketidaksabaran, jika Anda tidak menanganinya di awal cenderung berubah menjadi kemarahan," kata profesor psikologi Universitas Hawaii Leon James, yang ikut menulis "Road Rage and Aggressive Driving."
Masalah kesehatan lainnya akibat kemacetan adalah terpapar polusi udara. Mereka yang terpapar polusi udara saat kemacetan, khususnya pengendara kendaraan non-AC seperti sepeda motor, punya risiko kesehatan lebih besar. Selain stres, mereka juga terkena polutan yang dapat mempengaruhi paru-paru.
Baca juga: Catat! Ini Waktu Paling Macet di Jakarta |
Selain penyakit paru-paru kronis, penelitian oleh UC Irvine M.D./Ph.D. menemukan bahwa polusi udara dapat menyebabkan tekanan darah naik dan menggelembungkan arteri, meningkatkan serangan jantung dan risiko stroke.
Tak cuma itu, terkadang kemacetan lalu lintas membuat orang kurang tidur. Terutama mereka yang harus bangun pagi-pagi buat untuk memulai pekerjaan agar tidak terlambat dan pulang larut malam untuk menghindari kemacetan sepulang kerja.
Kurang tidur dapat mempengaruhi kinerja, perhatian, dan memori jangka panjang. Selain itu, kurang tidur dapat menyebabkan kecemasan, kelelahan, frustrasi, perilaku impulsif, kekebalan yang lebih rendah, dan beberapa masalah kesehatan mental. (rgr/ddn)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar