"Makin sesuai bahan bakar sama mesin, makin mantap mesinnya dan juga konsumsi BBM-nya. Terbukti waktu itu dari Bangka menempuh jarak sekitar 1.700 Km ke Sumatera Selatan dan Jambi, cuma habis 800.000-an pakai Pertalite," cerita Adrian, anggota Karimun Club Bangka Belitung dalam obrolan di Warung Kopi Papa di Pangkal Pinang yang diadakan Pertamina, Jumat (9/11/2018).
Baca juga: Isi Premium dan Pertamax, Iritan Mana Guys? |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pernah survei iseng sama teman-teman. Beli Premium, Pertalite, dan Pertamax Rp 100.000, eh ujungnya jarak tempuhnya sama bahkan Pertamax lebih irit, meskipun secara liternya lebih sedikit," ungkapnya.
Selain manfaat dari sisi kinerja mesin, mobil mereka anggap sebagai aset yang harus dirawat karena digunakan secara jangka panjang dan juga digunakan saat bersama keluarganya.
![]() |
Hal itu diungkapkan Ical, panggilan akrab Faisal teman dari Adrian di Komunitas Karimun Club Bangka Belitung.
"Coba gas, pasti lebih enteng. Terus bisa dirasain loh, AC mobil biasanya lebih dingin kalau pakai BBM Oktan tinggi, karena mereka juga bisa pengaruhi kelistrikan mobil. Buat mobil keluarga seperti saya, maintenance mesin juga selalu diperhatiin, jangan sampai gara-gara pakai BBM yang gak sesuai terus merusak mesin eh pas dipakai sama keluarga bermasalah, kan ga nyaman dan jadi susah," ujar Ical.
Adrian dan Ical juga berpesan, bahwa perawatan mobil itu tidak cuma rajin dibawa servis berkala, tapi cara pemakaian dan tentunya penggunaan bahan bakar yang sesuai dengan mesin akan sangat membantu terjaganya kondisi kesehatan mobil.
Humaidi, Education Main Dealer Yamaha Bangka Belitung menjelaskan arah dan kebutuhan bahan bakar yang sesuai bagi mesin kendaraan yang modern di Indonesia saat ini. "Kendaraan modern kan banyak yang pakai sistem injeksi, itu kalau pake bahan bakar yang sulfurnya tinggi dan oktannya tidak sesuai, jangan kaget kalau jangka panjang pas dibongkar mesinnya akan banyak kerak-nya, dan biaya perawatannya bisa mahal kalau sudah begitu," ungkapnya.
Mesin-mesin kendaraan juga mulai dibuat dengan standar kebutuhan bahan bakar yang tinggi, minimal setidaknya dengan Research Octane Number (RON) 90, atau setara dengan BBM jenis Pertalite.
"Standarisasi ini bukan sembarang dibuat, karena harus sesuai dengan spesifikasi mesin berteknologi tinggi dan juga tidak menghasilkan emisi gas buang yang tinggi. Boleh dicek loh pedoman kendaraannya masing-masing, ada petunjuknya di situ RON yang sesuai berapa, atau kalau memang ada kenalan orang bengkel resmi bisa ditanyakan juga langsung," kata Humaidi.
![]() |
Humaidi juga mengajak masyarakat jangan takut beli bahan bakar yang lebih mahal asal sesuai dengan kebutuhan mesinnya, karena secara jangka panjang, efeknya tidak akan membahayakan mesin.
"Buat saya yang mengerti, saya wajib juga edukasi temen-temen sekalian, supaya kita semua bisa terhindar dari penggunaan bahan bakar yang tidak sehat untuk mesin," kata Humaidi. (ddn/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?