Begini Cara Negara Asing Manjakan Kendaraan Listrik

Begini Cara Negara Asing Manjakan Kendaraan Listrik

Dadan Kuswaraharja - detikOto
Jumat, 05 Okt 2018 15:17 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Dengan skema perpajakan sekarang, harga kendaraan elektrifikasi masih sangat mahal. Untuk mobil saja minimal Rp 600 juta. Harga yang mahal ini pastinya perlu insentif perpajakan dari pemerintah entah itu pembebasan biaya masuk atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang dikurangi.

Namun kita bisa berkaca pada berbagai kebijakan yang dilakukan negara lain untuk merangsang penjualan kendaraan bermotor bertenaga listrik.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip data yang disampaikan Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana dalam Forum Group Discussion (FGD) 'Mau Dibawa ke Mana Kendaraan Listrik Indonesia' yang diadakan detikcom dan CNN Indonesia, Thailand merupakan salah satu negara yang paling atraktif menawarkan insentif.

Thailand menargetkan populasi kendaraan hybrid dan listrik sebesar 1,2 juta unit pada 2038. Karena itu mereka mengeluarkan beberapa kebijakan seperti memperbolehkan 100 persen kepemilikan lokal, membebaskan transaksi menggunakan nilai mata uang asing, memberikan fasilitas tax holiday terhadap perusahaan selama 15 tahun.

Thailand juga menyiapkan 10 miliar baht atau Rp 3,83 triliun untuk melayani permintaan investor, sebagai insentif untuk riset dan pengembangan. Thailand juga menurunkan bea masuk untuk barang modal (permesinan).




Sementara Malaysia menargetkan jumlah populasi mobil listrik sebesar 100.000 unit, sepeda motor 100.000 unit, busa 2.000 unit dengan stasiun pengecasan sebanyak 125.000 unit.

Malaysia juga memberikan pinjaman lunak 7 miliar ringgit atau Rp 24,1 triliun yang bisa dimanfaatkan perusahaan manapun yang mau mengembangkan industri kendaraan listrik di Malaysia. Tak lupa ada fasilitas tax holiday untuk perusahaan yang mau merakit lokal mobil hybrid dan listrik di Malaysia.

Negara yang juga tengah merintis mobil listrik adalah India. India menargetkan pada tahun 2020, mereka bisa memproduksi mobil hybrid dan listrik sebesar 6 juta-7 juta unit.



India juga menargetkan 53 kota dengan populasi 1 juta jiwa lebih bisa mengadopsi industri kendaraan hybrid dan listrik.

Selain itu India memberikan insentif kepada pembeli (konsumen) ke beberapa segmen kendaraan listrik, mulai dari skuter, sepeda motor, auto rickshaw (bajaj), mobil, kendaraan niaga ringan, dan bus.

India juga memanfaatkan dana yang didapat dari pajak untuk membangun SPLU.

Dari Eropa, Inggris membebaskan pengguna kendaraan listrik dari pajak jalan tahunan. Selain itu ada sembilan model mobil yang berhak mendapatkan subsidi hingga USD 8.000

Sementara di Amerika, pemerintah federal memberikan insentif pajak federal sebesar USD 7.500 per kendaraan. Beberapa negara bagian memberikan insentif pajak tambahan. California misalnya sebesar USD 5.000/kendaraan.

"Mobil listrik akan menjadi tren kendaraan pada masa depan dengan beberapa keunggulan, yakni hemat energi, ramah lingkungan, tanpa emisi, dan biaya operasional yang rendah," ujarnya. (ddn/ddn)

Hide Ads