Sebelumnya, Kemenperin juga sudah berkerjasama dengan Mitsubishi. Lantas, adakah perbedaan antara dua kerjasama tersebut?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nah kalau sekarang dengan perguruan tingginya," tambahnya.
Maksudnya, lanjut Airlangga, kerjasama dengan Mitsubishi adalah riset untuk membentuk suatu kebijakan terhadap mobil listrik di Indonesia. Sedangkan bersama Toyota dan beberapa perguruan tinggi negeri di Indonesia mereka membicarakan teknologi dan penggunaan mobil listrik itu sendiri.
Lebih detil lagi, studi bersama Toyota ini akan lebih membahas tentang software sampai hardware mobil listrik di Indonesia. Termasuk di dalamnya baterai, motor listrik, power control unit, hingga sistem charging station. Aspek jarak tempuh, emisi, infrastruktur, dan kenyamanan berkendara pun akan dibahas.
Ada enam perguruan tinggi negeri yang tergabung yaitu ITB, UGM, UI, UNS, ITS, serta Udayana. Studi akan dilakukan selama tiga bulan.
Baca juga: Toyota Sumbang Mobil Hijau |
"Kami menyadari bahwa untuk menerapkan electric vehicle memerlukan sinergisitas khususnya dalam hal riset. Oleh karena itu semoga dengan kolaborasi bersama peneliti di universitas ITB, UGM, UI, UNS, ITS, serta Udayana bisa membuahkan hasil yang baik dan memuaskan, saya percaya itu," ucap Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Warih Andang Tjahjono dikesempatan yang sama.
Dalam kerjasama itu Toyota mengeluarkan 12 mobil LCEV diantaranya 6 unit Toyota Prius hybrid dan 6 Toyota Prius Plug-in Hybrid. Mereka juga mengeluarkan 6 Toyota Corolla bermesin bensin sebagai komparasi, data logger, charger, dan hal-hal yang diperlukan lainnya.
Sedangkan Mitsubishi beberapa waktu lalu sudah menyumbangkan 10 unit mobil berjenis sama yang terdiri dari 8 unit Mitsubishi Outlander Plug-in Hybrid serta 2 unit MiEV. (ruk/lth)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah