Heboh Mobil Listrik, Gaikindo: Jangan Matikan Mobil Konvensional

Heboh Mobil Listrik, Gaikindo: Jangan Matikan Mobil Konvensional

Ruly Kurniawan - detikOto
Rabu, 23 Mei 2018 13:08 WIB
Mobil listrik yang dipamerkan di IIMS 2018 (Foto: Rengga Sancaya)
Jakarta - Pemerintah nampak sedang semangat sekali untuk buat langkah besar dalam penerapan mobil listrik. Bahkan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan dalam suatu Focus Group Discussion (FGD) mengusulkan agar penjualan dan produksi mobil konvensional atau berbahan bakar fosil dihentikan mulai 2040.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) meminta pemerintah melakukan peralihan ini secara bertahap, jangan tiba-tiba langsung mematikan mobil konvensional.

Ketua Umum Gaikindo Yohanes Nangoi mengungkapkan, alangkah baiknya Indonesia memilih untuk menerapkan kendaraan rendah emisi secara bertahap mulai dari plug-in-hybrid, hybrid, sampai mobil listrik. Lagipula, tantangannya sangat besar untuk langsung melangkah kesana seperti infrastruktur yang harus merata ke seluruh Tanah Air.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau langsung masuk ke elektrik (listrik), jangan lupakan infrastruktur. Ini tidak mudah. Karena kalau mobil biasa, dicolok ke nozzle SPBU paling 2 menit sudah selesai. Kalau mobil listrik bisa kira-kira dua sampai tiga jam, dan ini dengan listrik yang voltnya tinggi sekitar 450-470 volt. Untuk bisa dapatkan ini, Anda harus menggunakan kabel khusus dan sifatnya panas sehingga harus ada pendinginnya," kata Nangoi kepada wartawan di Jakarta.

"Jadi kalau diberhentikan semuanya dan menggantikan ke mobil listrik, apakah seluruh jaringan di Indonesia bisa mengadakan tempat ngecharge dua sampai tiga setengah jam tersebut? Kalau pakai 220 volt itu pengisiannya delapan sampai sembilan jam. Kalau dipakai ke rumah, itu gardu-gardu listrik jadi tidak cukup lagi. Jadi ini harus dipikirkan. Juga bayangkan harus buat stasiun pengisian daya seperti itu di Papua, Aceh, Lombok, dan lainnya, itu berat. Namun bukannya tidak mungkin. Tantangannya sangat berat," lanjutnya.



Tapi bukan berarti pihak Gaikindo tidak mendukung semangat pemerintah tersebut. Hanya saja, tidak perlu untuk mematikan mobil konvensional apalagi industri otomotif dalam negeri sedang berkembang.

"Penjualan mobil di dunia itu sangat besar sekali. Per bulan bisa hampir sekitar 5 juta unit mobil di dunia, sedangkan mobil listrik hanya sekitar 30 ribu sampai 40 ribu unit saja. Nah kalau dianggap mobil listrik dipercaya di seluruh dunia mengapa kok naiknya pelan sekali, gitu loh? Jadi mengapa kita tidak bertahap saja. Toh mobil bermesin pun sudah bagus sekarang, atau yang plug-in-hybrid. Satu liter bisa 70 km, loh. Tapi kalau mobil berbahan bakar harus berhenti diproduksi dan dijual pada tahun 2040, celaka kita," ucap Nangoi.

Maka dari semua paparan pihak Gaikindo, untuk Indonesia lebih baik agar perpindahan ke mobil listrik bertahap saja. Jangan sampai mobil konvensional atau berbahan bakar fosil dimatikan.



"Di India saja ia ralat (untuk menghentikan penjualan mobil konvensional). Memang ada beberapa negara yang sudah ke arah sana seperti Belgia, tapi harus dilihat bahwa mereka bukan negara yang penghasilannya otomotif, dia hanya pemakai dengan sekitar 7 sampai 8 juta penduduk. Ia pun tak ada dampaknya. Tapi kalau di Indonesia, bila hal ini diterapkan investor tidak ada yang mau masuk ke Indonesia. Jadi jalanlah dengan alamiah tapi kita support dengan fasilitas dan peraturannya," tutup Nangoi. (ruk/ddn)

Hide Ads